"Kita coba menyalakan tahun ini. Karena desa-desa ini scattered (tersebar), maka diperlukan teknologi karena tidak bisa extension grid dari PLN. Paling cocok di sana adalah dengan mengembangkan energi setempat, dengan EBT," kata Jisman.
Jisman lalu menjelaskan strategi untuk mencapai target EBT 23% untuk masuk dalam bauran energi, "Contohnya, kita sudah memrogamkan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya-red) untuk daerah bekas tambang. Ini sudah dibahas dan kemungkinan di RUPTL yang baru akan kita masukkan. Nanti juga akan ada banyak PLTS yang floating (terapung), sudah dimulai dengan 145 MWp Cirata. Ke depan akan ada banyak dam-dam (bendungan) yang kita gunakan untuk PLTS floating, juga ada PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu-red) Sidrap ekspansi, Sukabumi, dan lainnya."
Ia berharap program-program EBT yang dibahas dalam Pelatihan Perencanaan Ketenagalistrikan Berbasis EBT dapat berkelanjutan dan menjadi contoh bagi program-program lainnya. "Pelatihan ini agar Bapak/Ibu bisa menyiapkan program yang sifatnya sustain (berkelanjutan), jangan hanya euphoria saja," pungkas Jisman. (*)