sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IPO di Indonesia Himpun Dana USD921 Juta hingga November, Terbanyak dari Sektor Energi

Market news editor Cahya Puteri Abdi Rabbi
18/11/2025 15:30 WIB
Initial public offering (IPO) di Indonesia hingga 14 November 2025 menunjukkan kinerja positif dengan total penghimpunan dana mencapai USD921 juta.
IPO di Indonesia Himpun Dana USD921 Juta hingga November, Terbanyak dari Sektor Energi  (FOTO:iNews Media Group)
IPO di Indonesia Himpun Dana USD921 Juta hingga November, Terbanyak dari Sektor Energi (FOTO:iNews Media Group)

IDXChannel - Aktivitas penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Indonesia hingga 14 November 2025 menunjukkan kinerja positif dengan total penghimpunan dana mencapai USD921 juta atau sekitar Rp15,35 triliun. 

Dari 24 perusahaan yang melantai, sektor energi dan sumber daya menjadi kontributor terbesar terhadap total dana tersebut.

Deloitte Southeast Asia mencatat bahwa dominasi di sektor energi mencakup perusahaan minyak dan gas, energi terbarukan, serta jasa penunjang pertambangan. 

Kinerja sektor ini didorong oleh dua IPO besar, yakni PT Merdeka Gold Resource Tbk (EMAS) yang menghimpun dana sebesar USD279 juta atau Rp4,65 triliun dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) yang meraup dana sebesar USD144 juta atau Rp2,4 triliun.

Di posisi berikutnya, sektor real estate menunjukkan performa solid melalui IPO PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), perusahaan yang berafiliasi dengan Agung Sedayu Group. Adapun sektor konsumer menempati peringkat ketiga, dipimpin oleh pencatatan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI).

“Aktivitas IPO di Indonesia didorong oleh sektor industri, energi, konsumer, dan layanan kesehatan, dengan preferensi investor yang kuat terhadap perusahaan yang memiliki fundamental kuat, prospek jangka panjang, dan dukungan pemerintah,” kata Capital Markets Services Leader Deloitte Southeast Asia, Tay Hwee Ling dalam konferensi pers secara daring pada Selasa (18/11/2025).

Di samping itu, sektor infrastruktur dan energi, khususnya energi terbarukan, juga mencatat peningkatan minat seiring dengan meningkatnya pipeline proyek strategis Indonesia dan percepatan transisi menuju energi bersih.

Lebih lanjut, meski sentimen pasar membaik setelah pemilu, Hwee Ling menilai investor tetap bersikap hati-hati di tengah tekanan makroekonomi global seperti penurunan harga komoditas, ketegangan perdagangan internasional, dan penyesuaian tenaga kerja.

“Pipeline IPO pada kuartal IV 2025 mencakup perusahaan teknologi, logistik, dan jasa keuangan, yang diperkirakan menarik minat besar apabila mereka mampu menunjukkan profitabilitas dan ketahanan yang jelas,” ujar Hwee Ling. 

(kunthi fahmar sandy)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement