Selain itu, segmen pendapatan lainnya yang meningkat signifikan di periode ini adalah jasa lainnya dan penjualan batu bara pihak berelasi yang masing-masing melesat sebesar 277,81 persen dan 131,92 persen secara year on year (yoy).
Sementara pendapatan dari penjualan batu bara pihak berelasi di periode ini mencapai USD454,69 juta (Rp7,11 triliun). Sedangkan jasa lainnya berkontribusi sebesar USD2,08 juta (Rp32,53 miliar).
Menyusul ADMR, KRYA juga menjadi emiten dengan kinerja saham termoncer semenjak melantai di bursa.
Adapun menurut data BEI pada Kamis (15/12), harga saham KRYA terkerek hingga 284 persen setelah IPO pada 25 Juli 2022 lalu.
Informasi saja, KRYA merupakan emiten konstruski yang bergerak di bidang fabrikasi baja dan kontraktor umum.
Selain emiten-emiten di atas, emiten lain yang tergolong dalam lima besar emiten IPO dengan kinerja saham termoncer adalah EURO, PT Segar Kumala Indonesia Tbk (BUAH), dan PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK). (Lihat tabel di bawah ini.)
Menurut data BEI pada Kamis (15/12), harga saham EURO terkerek hingga 268,57 persen setelah melantai perdana di bursa.
Informasi saja, EURO adalah emiten produsen kosmetik dan rumah tangga. Adapun emiten ini juga melayani produk terkemuka seperti Wings, Makarizo, hingga Mandom.
Sedangkan saham BUAH dan BSBK juga melambung masing-masing sebesar 140,98 persen dan 120 persen sejak manggung di bursa.
BUAH merupakan emiten yang bergerak di bidang distributor buah-buahan, sayuran, hingga produk unggas impor. Sedangkan bidang usaha BSBK adalah properti.
Kinerja Saham Emiten IPO Terboncos
Selain emiten dengan kinerja saham tercuan, terdapat sejumlah emiten yang memiliki kinerja saham paling ambles setelah melantai di bursa.
Adapun emiten dengan kinerja saham terboncos setelah IPO adalah NANO. Melansir data BEI pada Kamis (15/12), saham NANO ambruk hingga 75 persen semenjak melantai di bursa pada 10 Maret 2022.
Pada periode tersebut, harga saham NANO mencapai Rp25/saham turun dari harga IPOnya yakni Rp100.saham.
Kendati mencatatkan kinerja saham terburuk dibanding emiten lainnya yang melantai di bursa sepanjang 2022, kinerja keuangan emiten yang bergerak di bidang pengembangan IPTEK dan bahan kimia tersebut masih tumbuh positif pada semester I-2022.
Menurut laporan keuangan NANO hingga 30 Juni 2022, pendapatan bersih yang dibukukan NANO naik sebesar 83,43 persen menjadi Rp25,41 miliar.
Sementara laba bersih yang dibukukan NANO juga melesat hingga 138,84 persen menjadi Rp3,10 miliar di periode ini.
Selain NANO, emiten lainnya yang masuk kategori ini adalah PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (OLIV). Adapun kinerja saham emiten furnitur ini anjlok hingga 73 persen semenjak melantai di bursa.
Menyusul kedua emiten di atas, GOTO juga tercatat sebagai emiten dengan kinerja saham terboncos setelah resmi melantai di bursa pada 11 April 2022.
Menurut data BEI pada Kamis (15/12), kinerja saham GOTO semenjak melantai di bursa terkontraksi hingga 71,30 persen. (Lihat tabel di bawah ini.)
Tak hanya itu, emiten-emiten lain yang masuk dalam kategori emiten dengan kinerja saham terboncos setelah IPO pada 2022 adalah KLIN dan AMMS.
Sebagaimana disebutkan data BEI per Kamis (15/12), harga saham KLIN dan AMMS semenjak melantai di bursa masing-masing ambles hingga 62 persen dan 56 persen.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.