Inflasi tersebut didorong oleh dampak kebijakan tarif impor yang diberlakukan pemerintahan Presiden Donald Trump. Eza mengkhawatiran langkah negeri Paman Sam ini dapat semakin menekan nilai rupiah.
“Perubahan agresif The Fed dapat menyebabkan USD/IDR melemah lebih jauh ke proyeksi kami yaitu Rp17.000-Rp17.300,” tutur Eza.
Presiden AS Donald Trump diketahui menekan Fed agar menurunkan suku bunga demi mendukung sektor produksi dalam negeri.
Eza memandang, nampaknya Trump lebih ke arah penawaran atau supply-side, sementara The Fed masih berhati-hati terhadap efek inflasi dari kredit murah yang berpotensi memicu konsumsi berlebihan.
Dalam kacamata Trump, suku bunga Fed Rate yang lebih rendah dapat menciptakan lapangan kerja, dan mermperkuat basis manufaktur.