Bila dilihat dari perspektif kuartal II dibandingkan kuartal I, perbaikan yang nampak diantaranya adalah pada Gross Profit Margin (GPM) yang naik menjadi +3,1% dari sebelumnya â€4,0%. Pada kuartal II tercatat laba kotor sebesar Rp249,94 miliar atau naik signifikan dari kuartal I sebesar Rp173,6 miliar.
Di samping itu, Net Profit Margin (NPM) naik menjadi â€4,9% dari sebelumnya â€9,4%. Pada kuartal II tercatat rugi bersih sebesar Rp390,07 miliar berhasil ditekan dari posisi kuartal I sebesar Rp412,86 miliar.
Sementara itu, pada semester Iâ€2020 tercatat kenaikan signifikan pada cashflow operasi menjadi Rp3,17 triliun dibandingkan periode yang sama pada 2019 sebesar minus Rp3,33 triliun. Membaiknya cashflow operasi merupakan indikator sehatnya finansial emiten, sehingga TINS mampu membayar sebagian kewajiban jangka pendeknya. Posisi utang bank jangka pendek mampu turun 37% menjadi Rp5,56 triliun dibandingkan pada 2019 sebesar Rp8,79 triliun.
Sementara itu dilihat dari sisi kinerja operasi, pada semester pertama 2020 TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 24.990 ton atau turun 47,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 47.423 ton. Adapun produksi logam turun 26,2% menjadi 27.833 ton, dibandingkan periode sebelumnya di 2019 sebesar 37.717 ton, serta penjualan logam turun 0,3% menjadi 31.508 ton dibandingkan periode sebelumnya di 2019 sebesar 31.609 ton.
Dalam kurun waktu tersebut TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 98,3% dengan 5 negara tujuan ekspor terbesar diantaranya Singapura sebesar 17,9%; Korea 16,2%; China 14,8%; Amerika Serikat 11,2% dan India 11,2%. Total kontribusi ekspor timah ke 5 negara tersebut mencapai 71,3%. (*)