"Ini yang menjadi spekulasi terus berjalan walaupun harga minyak di Amerika sudah turun, harga bensin itu sudah turun harganya tetapi harga ritel di Amerika mengalami kenaikan yang berdampak kemungkinan besar di bulan oktober Akan berada diatas 8,3% sehingga pemerintah mewanti-wanti terhadap bank sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga yang lebih agresif lagi," paparnya kepada MNC Portal Indonesia, Rabu (21/9/2022).
"Dan ada kemungkinan besar di bulan bulan berikutnya itu 100 basis poin. Nah itu yang akhirnya yang membuat dollar kembali di atas 110. Penguatan dolar ini berdampak terhadap pelemahan mata uang Rupiah," lanjutnya.
Ibra menuturkan, pada dasarnya pelemahan mata uang rupiah murni di picu oleh faktor eksternal, buka dari internal atau dalam negeri.
Sebab, berdasarkan catatanya, rilis Neraca perdagangan Indonesua sudah bagus, kemudian cadangan devisanya juga bagus, lalu inflasi pun meskipun ada kenaikan suku bunga tidak terlalu besar.
(DES)