IDXChannel - PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang terbatas di kuartal I-2025 seiring dengan turunnya permintaan pada segmen penjualan mobil.
Meski demikian, segmen motor tetap menjadi penopang utama kinerja perseroan. DRMA membukukan pendapatan sebesar Rp1,5 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Angka itu tumbuh 9,4 persen secara tahunan (YoY) namun terkoreksi 1,6 persen secara kuartalan (QoQ).
Adapun segmen sepeda motor menyumbang 63,4 persen terhadap total pendapatan DRMA dan mencatatkan pertumbuhan kuat, yakni 15,6 persen YoY dan 8,3 persen QoQ. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pengiriman komponen baru untuk model Honda PCX dan Stylo.
Sebaliknya, segmen mobil mengalami kontraksi signifikan dengan penurunan pendapatan 10,2 persen YoY, mencerminkan lemahnya permintaan kendaraan roda empat di tengah daya beli masyarakat yang masih tertekan.
Meski mencatat pertumbuhan laba bersih 7 persen YoY menjadi Rp143 miliar, angka tersebut turun 14,7 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Margin laba bersih pun terkoreksi menjadi 9,8 persen, sebagian besar dipicu oleh depresiasi nilai tukar rupiah, kenaikan biaya tenaga kerja, serta faktor musiman. Margin laba kotor juga turun ke 17,4 persen dari 18,4 persen pada kuartal IV-2024.
Prospek otomotif 2025 terbatas dan selektif
Samuel Sekuritas memperkirakan penjualan kendaraan roda empat turun hingga 5 persen sepanjang 2025 menjadi sekitar 820–840 ribu unit. Penurunan ini imbas suku bunga tinggi dan lemahnya daya beli yang mendorong pergeseran konsumen ke segmen roda dua.
Permintaan sepeda motor juga diperkirakan melemah pada paruh kedua 2025, sehingga menjadi tantangan bagi pertumbuhan DRMA meski ada ekspansi ke segmen kendaraan listrik dan diversifikasi ke luar otomotif.
"DRMA juga menghadapi tekanan tambahan dari depresiasi rupiah, mengingat sekitar 30 persen dari beban pokok penjualannya terhubung dengan mata uang dolar AS," tulis riset Samuel Sekuritas pada Rabu (28/5/2025).
Proyek energi tertunda, dampak positif belum terealisasi
Rencana DRMA untuk terlibat dalam proyek Battery Energy Storage System (BESS) senilai Rp2,6 triliun mengalami penundaan. Posisi kepemilikan DRMA dalam joint venture dengan mitra asal Tiongkok belum pasti, menyusul restrukturisasi proyek oleh pemerintah.
Dengan belum jelasnya jadwal perakitan baterai, proyek ini belum dimasukkan ke dalam proyeksi keuangan. Jika DRMA mengamankan porsi 20 persen, potensi pendapatan tambahan diperkirakan mencapai Rp520 miliar dengan EBITDA sekitar Rp104 miliar.
Berdasarkan proyeksi tersebut, Samuel Sekuritas menurunkan rekomendasi saham DRMA dari Buy menjadi Hold di harga yang sama Rp1.000 per saham.
"Mencerminkan penyesuaian proyeksi laba di tengah tantangan industri otomotif pada paruh kedua 2025. Target harga tersebut mencerminkan valuasi P/E 2025 sebesar 8,5x, dengan diskon 20 persen untuk saham berkapitalisasi kecil," tulis riset tersebut
Meski prospek jangka pendek menantang, DRMA dinilai tetap menarik berkat kepemimpinan di segmen komponen motor dan diversifikasi non-otomotif. Di mana Return on Equity (ROE) solid di 20,7 persen, melampaui rata-rata industri 18,7 persen dan kenaikan rasio pembagian dividen 2025 menjadi 35 persen dari sebelumnya 28 persen, mendorong imbal hasil dividen ke 4,3 persen.
(DESI ANGRIANI)