sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kinerja Lima Emiten Batu Bara Semester I-2023, Siapa yang Cuan?

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
20/08/2023 19:20 WIB
Fluktuasi harga batu bara sepanjang semester I-2023 memberi pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan tambang batu bara di Indonesia.
Kinerja Lima Emiten Batu Bara Semester I-2023, Siapa yang Cuan?
Kinerja Lima Emiten Batu Bara Semester I-2023, Siapa yang Cuan?

IDXChannel - Fluktuasi harga batu bara sepanjang semester I-2023 memberi pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan tambang batu bara di Indonesia.

Laporan International Energy Agency (IEA) akhir Juli 2023 menyebut konsumsi batu bara RI pada 2023 dimungkinkan masih akan meningkat, terutama didorong oleh kebutuhan industri.

Sebaliknya, kebutuhan emas hitam terhadap pembangkit listrik dipandang akan berkurang. China, India, dan negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia diramal masih menyumbang 3 dari setiap 4 ton batu bara yang dikonsumsi di seluruh dunia pada tahun ini.

"Permintaan batu bara tetap tinggi di Asia, meskipun banyak dari negara-negara tersebut telah secara signifikan meningkatkan sumber energi terbarukan," kata IEA Director of Energy Markets and Security Keisuke.

Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejumlah emiten batu bara berkapitalisasi besar telah mengumumkan laporan keuangan tengah tahun, seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), hingga PT Indika Energy Tbk (INDY).

Berikut kinerja lima emiten tambang batu bara pada semester I-2023 di tengah fluktuasi harga komoditas tersebut:

1. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan laba bersih USD81,83 juta pada semester I-2023. Angka ini merosot 51,20 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD167,67 juta.

Penurunan kinerja bottomline ini disebabkan koreksi harga batu bara hingga peningkatan jumlah royalti yang dibayarkan ke negara, sehingga mendorong laba per 1.000 saham dasar BUMI melorot ke level USD0,36 per lembar, sedangkan di akhir Maret 2022 berada di level USD0,48.

Adapun penjualan BUMI juga terkoreksi 8,5 persen secara tahunan menjadi USD886,27 juta pada paruh pertama 2023.

2. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)

Sama halnya dengan BUMI, laba ITMG juga merosot 33,39% senilai USD306,94 juta dibandingkan profit yang dicapai periode sama tahun lalu.

Akibatnya, laba bersih per saham dasar ikut melorot ke level USD0,27 per lembar, sedangkan pada akhir Juni 2022 berada di level USD0,41 per saham.

Penurunan laba terjadi seiring pendapatan bersih ITMG yang juga turun 8,5 persen secara tahunan menjadi USD1,3 miliar pada akhir Juni 2023 dibanding periode yang sama tahun lalu USD1,42 miliar.

3. PT Harum Energy Tbk (HRUM)

Berbeda dari dua emiten sebelumnya, HRUM justru mencatatkan peningkatan pendapatan dan laba bersih sepanjang semester I-2023. Laba bersih HRUM tumbuh 3,17 persen menjadi USD150,60 juta dari periode yang sama tahun lalu sebesar USD145,98 juta.

Kinerja ini melambungkan laba per saham ke level USD0,01131 per lembar, sedangkan pada akhir Juni 2022 berada di level USD0,01134 per saham.

Pendapatan perseroan juga melesat 30,41 persen menjadi USD492,24 juta dibandingkan semester I-2022 sebesar USD377,45 juta. 

4. PT Bayan Resources Tbk (BYAN)

Laba BYAN mengalami tekanan 25,4 persen menjadi USD723,85 juta pada semester 1-2023. Ini membuat laba bersih per saham jatuh ke level USD0,02 per lembar, sedangkan pada akhir Juni 2022 mencapai level USD0,03 per lembar.

Padahal, pendapatan perseroan naik tipis 1,7 persen secara tahunan menjadi USD2,04 miliar pada akhir Juni 2023 dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD2 miliar. Ini didukung oleh penjualan batu bara kepada pihak ketiga yang naik 5,6 persen menjadi USD1,941 miliar.

5. PT Indika Energy Tbk (INDY)

INDY memperoleh laba bersih senilai USD89,807 juta pada semester I-2023. Realisasi ini jatuh 55,5 persen dibanding periode sama 2022 sebesar USD200,65 juta.

Hal ini membuat laba per saham dasar melorot ke level USD0,0172 per lembar, sedangkan per Juni 2022 berada di level USD0,0385 per lembar.

Kondisi ini terjadi seiring penurunan pendapatan sebesar 13,7 persen secara tahunan menjadi USD1,673 miliar pada semester I-2023 dari periode yang sama tahun lalu USD1,83 miliar. Satu hal yang menjadi pemicunya, penjualan batu bara yang susut 21,6 persen menjadi USD1,378 miliar.

(RNA)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement