Pada saat yang sama, sejumlah indeks saham di Asia juga mengalami situasi serupa, yang terimbas oleh aliran likuiditas yang semakin seret untuk masuk ke pasar negara-negara berkembang.
Hal ini, diantaranya, dipicu oleh proyeksi sebagian pihak bahwa tren kenaikan suku bunga oleh The Fed belum akan berakhir dalam waktu dekat. Kondisi ini pun diyakini semakin mendekatkan perekonomian global ke dalam ancaman resesi.
"Ketika (potensi resesi) ini benar-benar terjadi, tentu dampaknya akan menekan permintaan bahan baku mentah dan komoditas tambang. Jadi nilai ekspor-impor pasti akan terganggu," ujar Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, dalam kesempatan terpisah.
Optimistis
Beruntungnya, menurut Liza, perekonomian Indonesia masih bisa bergantung pada besarnya konsumsi masyarakat dan pemerintah. Hal ini terutama sedikit-banyak bakal terdorong oleh gelombang peningkatan konsumsi di tahun politik.
Sehingga, Liza meyakini, kinerja pasar modal, dalam hal ini IHSG, dapat diharapkan untuk membaik di semester II-2023 ini. Bahkan, Liza secara optimistis memperkirakan bahwa level psikologis 7.000 masih akan cukup realistis dicapai pada awal tahun nanti.