Dengan demikian, margin Laba Usaha sebesar
12,9 persen dan EBITDA sebesar 21,2 persen pada 2024. Pendapatan Keuangan menjadi minus Rp74,9 miliar yang disebabkan oleh beban bunga dari utang PT Semen Grobogan.
"Permintaan semen yang lemah akan terus berlanjut hingga awal 2025 karena musim hujan yang diikuti oleh bulan puasa. Namun, kami masih memperkirakan kemungkinan permintaan positif sebesar 1 persen–2 persen pada tahun ini meskipun ada pengurangan anggaran infrastruktur," tuturnya.
Perseroan juga melihat proyek infrastruktur yang sedang berjalan masih akan diselesaikan, termasuk beberapa proyek baru dan yang sudah ada dari sektor komersial dan industri.
Menurut dia, program Pemerintah seperti perpanjangan diskon PPN untuk kepemilikan rumah baru, program tiga juta rumah per tahun, dan renovasi sekolah seharusnya menjadi pendorong positif bagi permintaan semen.
"Selama masa yang penuh tantangan ini, kami lebih menekankan kebijakan pengendalian biaya, mengidentifikasi area-area yang biayanya dapat dikurangi tanpa mengorbankan kualitas dan layanan," ujarnya.