Lebih lanjut, kata dia, memasuki kuartal II-2024, perekonomian global masih diliputi oleh ketidakpastian kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Ketidakpastian ini bisa berdampak kepada likuiditas serta suku bunga perbankan.
Namun, Nafan menegaskan, dengan bermodalkan makroekonomi yang kuat serta stabilitas politik yang terjaga meskipun tahun ini adalah tahun Pemilu, diyakini setelah kondisi global lebih kondusif, maka pasar saham dan pasar keuangan Indonesia akan membaik juga.
Dia menilai prospek pasar ke depan masih sulit untuk diprediksi, dapat diprediksi BI akan menahan BI rate pada level 6,25 persen. Sebab, jika suku bunga dinaikkan maka dampaknya kurang kondusif terhadap ekonomi dalam negeri.
“Namun, kami meyakini dengan makroekonomi yang kuat serta stabilitas politik yang lebih kondusif dibandingkan negara lain, maka kinerja pasar keuangan dan pasar saham Indonesia akan tetap kuat,” ujar Nafan.