“Ada penurunan biaya ekspor hingga 40% sepanjang sembilan bulan dari Rp169 miliar tahun lalu, menjadi Rp70 sekian miliar,” paparnya.
Sebagai catatan bahwa dampak larangan ekspor bauksit menekan pendapatan dari bauksit sebesar 30% di Semester I-2023, sementara produksi juga turun 3%, dibandingkan tahun lalu.
Namun, optimalisasi pasar domestik mendorong peningkatan produksi bauksit sebagai bahan baku bijih pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) serta penjualan kepada pihak ketiga sebesar 1,42 juta mwt per September 2023, alias naik 6% dari periode sama tahun sebelumnya.
Demikian juga volume penjualan yang juga tumbuh 6% mencapai 989 ribu wmt. Sementara produksi produk alumina juga mencapai 114.524 ton alumina, dengan capaian penjualan sebanyak 108.351 ton.
(DES)