Sedangkan PMMP, baik pendapatan bersih maupun laba bersihnya masing-masing tumbuh hingga 17,22 persen dan 5,02 persen secara yoy.
Berdasarkan laporan keuangan emiten di semester I-2022, PMMP memperoleh pendapatan bersih sebesar USD100,54 juta atau senilai Rp1,54 triliun dengan asumsi kurs Rp15.300/USD.
Sementara laba bersih yang dibukukan PMMP di periode ini mencapai USD6,46 juta atau setara dengan Rp98,80 miliar.
Sedangkan dari kinerja sahamnya, kedua emiten ini sama-sama mencatatkan kinerja saham yang terkontraksi sepanjang 2022.
Melansir data BEI pada Rabu (12/10), saham PMMP merosot hingga minus 21,49 persen secara YTD. Sementara saham HRTA juga turun hingga minus 4,72 persen sepanjang 2022.
Selain emiten-emiten di atas, emiten dengan saham undervalue, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) turut mencatatkan kinerja saham yang anjlok secara YTD. Menurut data BEI di periode yang sama, kinerja saham TBLA terkontraksi hingga minus 8,18 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Meski demikian, kinerja keuangan emiten yang bergerak di bidang perkebunan sawit tersebut masih tumbuh positif walaupun pertumbuhannya masih kalah unggul dibanding emiten dengan saham undervalue lainnya.
Dilansir dari laporan keuangan emiten di semester I-2022, pendapatan bersih TBLA tumbuh sebesar 17,17 persen menjadi Rp8 triliun. Sedangkan laba bersih yang dibukukan TBLA di periode ini hanya tumbuh 0,62 persen menjadi Rp381,90 miliar.
Meski masih mencatatkan pertumbuhan keuangan yang baik, emiten dengan valuasi rendah masih mencatatkan performa saham yang ambruk sepanjang YTD disertai harga saham yang pertumbuhannya tak begitu signifikan dalam kurun waktu lama.
Hal tersebut bisa jadi karena kurangnya katalis positif yang mendorong kinerja saham perusahaan.
Bila perusahaan tak memiliki rencana ekspansi maupun manuver dalam mengembangkan perusahaan, singkatnya tanpa story yang menarik, maka investor juga kurang berminat dalam berinvestasi di perusahaan tersebut.
Kendati demikian, meskipun saham emiten di atas pada saat ini masih belum berkembang atau keluar dari harga yang rendah, belum tentu di masa mendatang kinerjanya bakal tetap stagnan.
Bisa jadi, saham dari emiten tersebut bisa tumbuh dan keluar dari harga yang rendah atau malah kembali terkontraksi.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.