Marjin usaha dan EBITDA juga lebih rendah hingga kuartal III 2022 dibandingkan dengan periode yang sama 2021. Manajemen bilang, ini karena marjin kotor yang lebih rendah dan beban penjualan yang lebih tinggi.
Beban penjualan perusahaan meningkat, ungkap pihak GJTL, terutama karena naiknya biaya transportasi.
“EBITDA GJTL turun dari Rp 1.137 miliar / US$ 79,3 juta di 9M21 menjadi Rp 1.024 miliar / US$ 70,4 juta di 9M22, dikarenakan melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dolar AS,” mengutip GJTL.
Alhasil, perusahaan mencatat kerugian selisih kurs, terutama karena penyesuaian penjabaran utang GJTL dalam mata uang Dolar AS.
Hal tersebut, jelas manajemen GJTL, pada gilirannya berkontribusi pada rugi bersih yang dijelaskan di muka yang dibukukan pada 9 bulan pertama 2022. (ADF)