Sedangkan pada November IHSG hanya 2 kali ditutup menguat, dan 4 kali ditutup melemah. Di penghujung tahun yaitu Desember, IHSG 6 kali berturut-turut ditutup menguat. Dengan menganalisa menggunakan metode Fibonacci menurutnya area support IHSG berada di kisaran 6.524 yang kemarin sudah disentuh.
Dia melanjutkan, rekam jejak IHSG sejak 2015 itu bisa menjadi gambaran besar memasuki 2022. Oleh karena itu, dia optimistis IHSG kembali akan mencatatkan rekor tertingginya sepanjang sejarah. Perhitungannya yaitu di awal paruh pertama 2022.
“Bila dia (IHSG) membuat all time high-nya lagi, maka area-area resistance berikutnya ada di 6.927, ini terdekatnya berarti 7.000-an lah. Lalu next ada di level 7.450, jadi ke depannya peta pergerakannya seperti ini,” ujar Linda yang juga merupakan professional trader itu.
Dalam acara yang sama, Chief of Business Development and Research Bareksa Portal Investasi Ni Putu Kurniasari sepakat dengan Linda. Dia menyebut kenaikan IHSG selama selama 5 tahun terakhir hanya sekitar 22%.
Dibandingkan dengan Dow Jones di Amerika Serikat yang sudah naik 100%, IHSG jauh tertinggal. Dow Jones, kata Putu, sudah jauh menyentuh rekor-rekor baru sehingga laju pertumbuhan IHSG dinilai masih sangat besar.