Edo menuturkan inklusi tersebut menjadi katalis positif untuk saham MTEL dikarenakan adanya rebalancing portofolio yang menyebabkan inflow dana masuk ke saham MTEL.
“Mengacu pada IDX Index Fact Sheet, ada 6 produk reksadana yang secara langsung menjadikan LQ45 sebagai benchmark dengan total dana kelolaan total mencapai hampir Rp 1,1 triliun. Maka, dalam jangka pendek saat rebalancing, akan ada inflow tambahan ke saham MTEL. Ini baru RD konvensional, belum yang ETF dan KPD serta investor ritel yang menggunakan LQ45 sebagai tolok ukur juga” tambah Edo.
Hal ini bisa berdampak terhadap harga sama MTEL yang tergolong masih undervalue. Konsensus analis Bloomberg menetapkan target saham MTEL pada harga Rp891, atau memiliki selisih sekitar 34% dari harga saham MTEL yang saat ini di level Rp665.
Terbaru, lembaga keuangan JP Morgan mengerek naik target harga saham MTEL dari semula Rp910 menjadi Rp960 per saham. Analis JP Morgan Ranjan Sharma mengungkapkan naiknya valuasi Mitratel disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, fundamental bisnis yang memiliki pertumbuhan dari segi organik dan anorganik. Kedua, bisnis Mitratel mendapatkan dukungan dari industri bisnis yang sedang membutuhkan data nirkabel dan kebutuhan jaringan oleh para operator telekomunikasi. Ketiga, MTEL memiliki ruang finansial untuk mendukung pertumbuhan anorganik.