IDXChannel - Nilai tukar mata uang rupiah terus mengalami pelemahan, bahkan pada perdagangan hari ini kiat dekat ke Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (USD). Di mana rupiah saat ini sudah berada di angka Rp15.720,90 per USD1.
Angka ini merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Pada 2020 lalu, rupiah pernah mencapai titik tergtinggi pelemahannya pada 3 April 2020 dengan nilai Rp16.376,68 per USD1.
Tidak hanya rupiah, kemerosotan juga dialami sejumlah mata uang di kawasan Asia. Salah satunya adalah Korea Selatan, di mata mata uang Won merosot 1,1 persen. Sedangkan dolar Singapura dan Taiwan masing-masing kehilangan 0,2 persen.
Dilaporkan oleh theedgemarkets, Senin (28/11/2022), penurunan ini tak lepas dari aksi protes yang berlangsung selama tiga hari terakhir di China, yang merupakan mitra dagang sejumlah negara Asia Tenggara.
kepala penelitian Asia di Australia and New Zealand Banking Group, Khoon Goh, mengatakan protes itu telah menyebabkan sentimen risiko dan memicu ketidakpastian di kalangan investor.
"Ini akan terus menjadi pendorong utama pasar Asia dalam waktu dekat sampai kita melihat bagaimana situasinya berkembang."
Dolar AS Tertekan, Rupiah Belum Bangkit
Bahkan, seorang analis di Barclays telah memperkirakan penurunan tajam pertumbuhan ekonomi China pada 2022 menjadi 3,3%, dari 8,1% tahun lalu. Aksi tersebut juga membuat Yuan China turun 0,4 persen, terendah sejak 11 Oktober.
Di tempat lain, baht Thailand naik 0,2 persen, sementara indeks harga saham di sana turun 0,2 persen. Kondisi itu tak lepas dari sikap investor yang memilih hati-hati menunggu keputusan bank sentral negara mengenai suku bunga pada Rabu (30/11/2022) mendatang.
Bank of Thailand akan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin untuk pertemuan ketiga berturut-turut, di tengah pertumbuhan yang bergantung pada pariwisata yang rapuh dan tanda-tanda inflasi mulai mereda, dari sebuah jajak pendapat yang dilakukan Reuters dari para ekonom. (TYO)