IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung menguat di awal perdagangan Selasa (23/7/2024), ditopang oleh memantulnya saham-saham teknologi, terutama semikonduktor.
Menurut data pasar, pukul 09.56 WIB, Nikkei 225 Indeks Jepang menguat 0,20 persen, usai melemah empat hari beruntun.
Kemudian, Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,01 persen, Straits Times Index Singapura terpresiasi 0,52 persen, KOSPI Korea Selatan meningkat 0,44 persen, dan ASX 200 Australia menghijau 0,70 persen.
Indeks saham Asia-Pasifik terluas di luar Jepang, yang menyentuh posisi terendah satu bulan pada Senin, naik 0,55 persen.
Berbeda, indeks Shanghai Composite malah melemah 0,47 persen.
Saham-saham Asia bangkit dari posisi terendah satu bulan pada Selasa, dengan pasar saham Taiwan mengakhiri penurunan selama lima hari di tengah saham semikonduktor mengambil alih dari pemulihan Wall Street, sedangkan harga komoditas yang menurun menekan dolar Australia.
Mengutip dari Reuters, Selasa (23/7), pasar tidak menunjukkan reaksi jelas terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang mundur dari pemilihan presiden (pilpres) dan mendukung wakil presiden Kamala Harris.
"Sentimen risiko dan dukungan Demokrat untuk Kamala Harris tampaknya setidaknya menuju ke arah yang solid," kata ekonom Mizuho Vishnu Varathan dalam sebuah catatan kepada klien.
"Apa yang masih harus dilihat adalah apakah rotasi bull akan melihat keuntungan mengalir lebih luas ke saham-saham berkapitalisasi kecil,” jelas Vishnu.
Di Taiwan, indeks acuan TWSE naik sekitar 1,7 persen pada awal perdagangan dan saham pembuat chip TSMC melonjak 2 persen.
"Kami percaya bahwa ketergantungan pada pembuat chip Asia sangat besar sehingga mereka tidak akan mudah digantikan oleh calon rekan AS dalam waktu dekat," kata ekonom ING Min Joo Kang.
Pasar telah memperhitungkan dua penurunan suku bunga AS untuk paruh kedua 2024 yang mulai menekan dolar Paman Sam, meskipun ketidakpastian atas pemilu AS membuatnya tidak jatuh terlalu jauh.
Sebelumnya, pada Senin, Bank Sentral China (PBOC) mengejutkan pasar dengan pemotongan suku bunga pada Senin dan kekhawatiran terhadap prospek ekonomi menyusul angka pertumbuhan yang lebih rendah dari perkiraan pekan lalu telah menekan komoditas. (ADF)