sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Melihat Tambang Anak Usaha BUMI Kaltim Prima Coal (KPC) dari Dekat

Market news editor Aldo Fernando - Riset
17/02/2023 08:41 WIB
PT Kaltim Prima Coal (KPC) merupakan salah satu pemilik pertambangan terbuka (open-pit) terbesar di dunia.
Melihat Tambang Anak Usaha BUMI Kaltim Prima Coal (KPC) dari Dekat. (Foto: IDXChannel/Aldo Fernando)
Melihat Tambang Anak Usaha BUMI Kaltim Prima Coal (KPC) dari Dekat. (Foto: IDXChannel/Aldo Fernando)

IDXChannel – PT Kaltim Prima Coal (KPC), yang 51 persen sahamnya dimiliki oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI), merupakan salah satu pemilik pertambangan terbuka (open-pit) terbesar di dunia.

Berlokasi di Kalimantan Timur, tepatnya di Sangatta, Kutai Timur, KPC memiliki konsensi 61.543 hektare (ha) IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) hingga akhir 2031.

Lokasi tersebut berada sekitar 310 kilometer (km) dari Balikpapan atau 180 km dari Samarinda.

Saat IDX Channel, bersama sejumlah media lain, mengunjungi KPC, perjalanan menggunakan pesawat jenis twin otter milik Pegasus Air dari Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan ke Bandar Udara Tanjung Bara, Sangatta ditempuh selama 50-60 menit.

Foto: Lapangan Terbang Tanjung Bara, Sangatta, KPC/Aldo

KPC memiliki dua wilayah operasional, yakni di Sangatta dan Bengalon.

Per 31 Maret 2022, wilayah Sangatta memiliki total sumber daya batu bara sebesar 4.030 Mt (juta ton) dan Bengalon sebesar 460 Mt. Dus, total sumberdaya KPC mencapai 4.490 Mt.

Kemudian, total cadangan batu bara Sangatta 1.225 Mt dan Bengalon 418 Mt. Total cadangan milik KPC berarti sebesar 1.643 Mt.

Menurut pedoman 2022 milik BUMI, produksi batu bara tahunan KPC berkisar di 50MT-51MT. Angka tersebut di atas anak usaha BUMI lainnya, PT Arutmin Indonesia, yang sebesar 20MT-25 MT.

Cakupan pasar KPC mencapai 10 negara non-domestik, terutama kawasan Asia Pasifik.

Selain penjualan ke pasar dalam negeri (31,2 persen pada 2022), China menjadi pembeli batu bara KPC terbesar sepanjang tahun lalu, mencapai 29,0 persen.

Kemudian, India berada di peringkat ketiga sebesar 15 persen, sedangkan Jepang 8,5 persen dan Taiwan 5,6 persen. Sisanya, ada beberapa negara lainnya, seperti Hong Kong dan Thailand, dengan porsi keseluruhan 10,4 persen.

Ada tiga jenis brand coal milik KPC berdasarkan kualitas, yakni Prima Coal yang merupakan batu bara thermal berkualitas paling tinggi (nilai kalori 6.500-7.000), Pinang Coal, dan grade paling rendah Melawan Coal.

Di samping menggunakan armada sendiri, KPC juga bekerja sama dengan sejumlah kontraktor pertambangan, yakni PAMA (anak usaha perusahaan Grup Astra PT United Tractors/UNTR), PT Darma Henwa (DEWA) milik Bakrie, dan PT Thiess Contractor Indonesia.

Jumlah karyawan KPC mencapai 3.944 orang dengan 25.842 karyawan kontraktor.

Proyek batu bara KPC sendiri mulai beroperasi pada 1 September 1991.

Mengunjungi Pit Bendili yang Ikonik

Dalam kunjungan ke tambang KPC selama 13-15 Februari, manajemen mengajak media untuk salah satunya berfokus melihat tambang di wilayah Sangatta, tepatnya pit Bendili. Pit ini menjadi salah satu dari belasan pit milik KPC lainnya.

Luas pit terbuka Bendili, yang dioperasikan sendiri oleh KPC, sekitar 10 ribuan ha, dengan total produksi batu bara 4,41 juta ton selama 2022.

Bendili menjadi salah satu pit yang memproduksi brand Prima Coal, selain Pinang Coal. Produksi Prima mencapai 2,82 juta ton dan Pinang high calorific value (HCV) 660 ribu ton.

Foto: Pit Bendili milik KPC/Aldo Fernando

Ini berarti, brand Prima setara dengan 64% total produksi batu bara pit Bendili.

“Pembeli Prima terbesar adalah Jepang, pembangkit listrik dan metalurgi,” jelas General Manager External Affairs & Sustainable Development (GM ESD) KPC Wawan Setiawan kepada IDXChannel.

Untuk 2022, produksi pit Bendili menyumbang 10 persen dari total produksi KPC.

Menurut penuturan Wawan, hanya pit Bendili yang memproduksi brand Prima, yang menjadi nama tengah untuk KPC itu sendiri.

Artinya, pit tersebut bisa dibilang ikon untuk KPC, mengutip Wawan, “karena Prima quality hanya ada di Pit Bendili.”                                                                                                                                                  

Sebelum ke pit, tim media juga berkesempatan mengunjungi pelabuhan Tanjung Bara, melihat proses batu bara diangkut menggunakan conveyor menuju kapal-kapal pembeli.

    

Danau Bekas Tambang hingga Water Treatment Plan

Mengklaim sebagai perusahaan yang mematuhi environmental, social, and corporate governance (ESG) dan peduli terhadap tata kelola lingkungan di area tambang, KPC melakukan pengelolaan limbah, pencemaran udara, hingga usaha melestarikan endemik lokal dengan profesional, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Hal tersebut dilakukan dengan melakukan sejumlah terobosan, seperti pencegahan polusi, water management of active pit, hingga reklamasi lahan bekas tambang.

KPC juga melakukan sejumlah program Corporate Social Responsibility (CSR), mulai dari program KPC Peduli Air hingga pengembangan agribisnis.

Ini seiring ketersediaan air yang di bawah 40% di Kecamatan Sangatta Utara dan Desa Tepian Makmur, Kecamatan Rantau Pulung. Selain itu, masalah distribusi air yang tidak lancar hingga kualitas air baku yang di bawah standar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga menjadi masalah lainnya.

Dengan melihat potensi kolam tambang 12 juta m3, embung desa yang ada dan BUMDesa yang sudah aktif, KPC melakukan sejumlah inovasi.

Sebut saja, pemanfaatan embung di area pascatambang untuk air bersih, sinergi KPC-Pemkab, wisata air embung desa seluas 2 ha, hingga distirbusi air model gravitasi.

Untuk melihat hasil program CSR perusahaan, IDX Channel dan tim media lain ikut mengunjungi sejumlah titik di wilayah Sangatta.

Pertama, wisata air Telaga Batu Arang (TBA) yang merupakan danau bekas tambang pit E (Surya). Informasi saja, pit E sempat beroperasi selama 1995-1999.

Sementara, luas danau TBA yang sejuk itu mencapai 12,43 ha, sedangkan luas kawasan TBA secara keseluruhan mencapai 270 ha.

Foto: Telaga Batu Arang, Sangatta, KPC/Aldo

Mulai direklamasi sejak 2001, kawasan TBA kemudian menjadi salah satu zona wisata pascatambang pada 2013.

Kedua, PESAT (Peternakan Sapi Terpadu). Ketiga, breeding farm atau peternakan ayam. Keempat, pengolahan kompos dan bank sampah.

Foto: WTP Kudungga, KPC/Aldo Fernando

Kelima, IDX Channel dan tim media juga mengunjungi water treatment plant (WTP) Kudungga, yang memanfaatkan air dari kolam tambang perusahaan. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4 5 6 7
Advertisement
Advertisement