Edwin menambahkan, likuiditas pasar yang meningkat saat banyak investor melakukan aksi jual justru membuka peluang bagi BPJS untuk masuk lebih dalam ke pasar saham.
Menanggapi isu apakah ada arahan pemerintah untuk menopang pasar, Edwin menegaskan bahwa lembaganya bersifat independen. Meski demikian, BPJS mengakui tengah menjajaki peluang berinvestasi di pasar luar negeri agar memiliki opsi investasi yang lebih luas, mengingat pertumbuhan asetnya mencapai 13–14 persen per tahun dan iuran baru mencapai Rp10 triliun per bulan.
Salah satu pertimbangan untuk tidak segera masuk pasar luar negeri adalah potensi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Namun, Edwin menilai tekanan itu bisa dikurangi lewat repatriasi hasil investasi valas.
Potensi Danantara Jadi Liquidity Provider
Dalam pemberitaan sejumlah media online, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai Danantara memiliki peran strategis sebagai super holding BUMN untuk memperkuat investasi domestik di pasar modal.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan Danantara akan berfungsi sebagai penyedia likuiditas dan keterlibatannya dinilai penting untuk menjaga stabilitas serta mendorong pertumbuhan pasar modal.