Ia juga menyoroti pola historis yang mendukung proyeksi penguatan pada bulan ini. “Jika kita melihat secara historical, terutama selama 29 tahun terakhir, ini rata-rata kinerja IHSG selama Juli dalam keadaan bullish,” ucap Nafan.
Dari sisi sentimen, ia menyebut ada beberapa faktor global yang menjadi katalis positif. “Secara sentimen dipengaruhi beberapa faktor. Faktor positifnya dengan meredanya tensi geopolitik,” tuturnya. “Kemudian, tensi perang dagang juga mulai menurun. Di sisi lain, soal harapan kebijakan pelonggaran kebijakan moneter.”
Sementara itu, dari dalam negeri, Nafan menyebut kondisi makroekonomi masih menjadi pertimbangan utama para investor. “Kalau dari domestik, kita masih melihat performa fundamental makro ekonomi menjadi katalis pada Juli,” katanya.
Meski begitu, ia tak menampik masih adanya hambatan yang perlu diwaspadai pasar, berupa ketidakpastian global yang bisa memengaruhi keputusan pemerintah, termasuk Bank Indonesia (BI).
Menanti Tengah Juli
Pandangan lain juga disampaikan oleh Founder WH Project, William Hartanto. Ia menilai koreksi IHSG yang terjadi belakangan ini adalah sesuatu yang wajar dari sisi teknikal.