Pada akhir Juli 2025, Astra melakukan investasi hampir Rp400 miliar di saham RS Hermina. Pembelian saham ini memperkuat posisi Astra di RS itu dengan porsi 10 persen. Langkah ini dilakukan tak lama setelah Grup Djarum pada Juni lalu membeli 3,64 persen saham RS tersebut.
Hermina bukan satu-satunya portofolio bisnis kesehatan Astra. Sebelumnya, Astra juga mengakuisisi RS Spesialis Kardiovaskular Heartology senilai USD41 juta atau setara Rp640 miliar pada 2024. Di samping itu, Astra berinvestasi pada startup Halodoc melalui serangkaian pendanaan dengan total nilai sekitar Rp5 triliun.
Selain kesehatan, pada April 2025 lalu, Astra juga menjalin kerja sama strategis dengan mitranya dari Jepang, Toyota Motor Asia yang berdomisili di Singapura. Toyota berinvestasi USD120 juta atau setara Rp2 triliun untuk mendapatkan 40 persen saham PT Astra Digital Mobil yang memiliki bisnis mobil bekas, OLXMobbi.
Di samping memperkuat segmen otomotif, khususnya mobil bekas, Astra melalui PT United Tractors Tbk (UNTR) juga membeli 30,6 persen saham PT Supreme Energy Sriwijaya (SES). Nilai transaksi itu mencapai USD30,8 juta atau setara Rp501 miliar.
Akuisisi tersebut menandai ketertarikan Astra memperkuat bisnis energi baru terbarukan (EBT). SES diketahui memiliki pembangkit listrik tenaga panas bumi di Sumatera Selatan dengan kapasitas terpasang sebesar 91,2 megawatt (MW).