Menurutnya, hal ini sejalan dengan kondisi industri yang kembali berada di atas ~80% dari level pandemi, penerbangan internasional yang telah pulih, serta permintaan penumpang kembali meningkat khususnya untuk segmen LCC.
"Namun performa beberapa maskapai penerbangan masih mencatatkan rugi," sambungnya.
Sarkia memproyeksikan kinerja GIAA ke depan akan cenderung membaik didorong oleh meningkatnya passenger yield yang didorong oleh seasonality, efisiensi beban operasional dengan fokus pada rute yang profit dengan ruang pertumbuhan pada penerbangan internasional dan penerbangan umrah dan haji.
Selain itu, optimalisasi dari segmen kargo, potensi intervensi regulasi pemerintah terkait perubahan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat, serta potensi perbaikan ekuitas.
"Perlu dicermati downside risk dari rekomendasi kami antara lain tren harga minyak dan penerapan bioavtur, keadaan posisi utang yang masih tinggi, dan kondisi ekuitas yang masih negatif, meskipun EBITDA perseroan cenderung membaik. Secara valuasi perseroan diperdagangkan discount dengan peers dengan EV/EBITDA di 4,8x T12M," imbuh Sarkia.
(FAY)