Andhika mengatakan, saham ASII telah turun sekira 28,8% dalam kurun waktu 6 bulan terakhir seiring dengan rangkaian sentimen negatif, mulai dari skandal isu keselamatan kendaraan, pelemahan kinerja otomotif dan pertambangan, dikeluarkannya dari indeks Sri Kehati, hingga yang terbaru adalah ancaman perusahaan EV yang marak berdatangan ke Indonesia.
Walaupun penjualan konsolidasi dari Toyota Jepang tetap solid tumbuh +18,4% YoY, di tengah gempuran produk serta insentif fiskal untuk EV.
"Kami melihat sentimen negatif terhadap ASII terkait kinerja segmen otomotif dan pertambangan telah relatif priced-in pada harga saham perseroan," ujar Andhika.
"Kami mengestimasikan pendapatan pada 2024 dari ASII cukup moderat di Rp316 triliiun dengan laba Rp30,1 triliun dengan implied PE target di 7,53x di 2024, setara dengan -1x std.dev rata-rata PE 5 tahun," proyeksinya.
Andhika melihat outlook NEUTRAL pada sektor otomotif. Untuk saham ASII, dia merekomendasikan HOLD dengan target harga Rp5.600. Sedangkan saham AUTO dan DRMA masing-masing rekomendasi BUY dengan target harga Rp3.000 dan Rp1.500, serta PE 8,27x dan 9,62x pada 2024 .
(FAY)