Naik Tipis, Rupiah Sore Ini Ditutup di Rp14.346 per USD

IDXChannel - Nilai tukar (kurs) rupiah sore ini ditutup menguat tipis 1 poin ke level Rp14.346 setelah sebelumnya sempat melemah 15 poin di level Rp14.347.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa indeks dolar menguat terhadap mata uang lainnya, karena investor perlahan beralih ke aset berisiko dan kenaikan harga komoditas terus mendorong pergerakan pasar.
"Saham AS dan Asia Pasifik menguat pada hari Rabu, dengan sebagian besar investor mengabaikan kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari perang di Ukraina, dengan komoditas dikecualikan," ungkap Ibrahim dalam risetnya, Rabu (23/3/2022).
Hal itu karena melonjaknya harga komoditas akan berdampak negatif terhadap yen karena ketergantungan Jepang pada minyak impor dan akan memperbesar defisit perdagangan negara tersebut.
Selain itu, hasil benchmark 10 tahun AS naik menjadi 2,4026% di awal sesi bursa Asia pada hari ini. Mereka masih menerima dukungan dari pidato ketua Federal Reserve AS Jerome Powell pada hari Senin, di mana ia mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih dari 25 basis poin pada pertemuan kebijakan mendatang.
St Louis Fed Presiden James Bullard menyerukan bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan semalam menjadi 3% tahun ini dan bergerak agresif untuk menjaga inflasi terkendali. Presiden Fed Cleveland Loretta Mester menggemakan seruan Bullard, sementara Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan pada hari Selasa bahwa sudah waktunya untuk menghapus akomodasi kebijakan.
Pasar memperkirakan probabilitas 72,2% bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Mei 2022, dengan peluang kenaikan yang lebih besar melonjak dari lebih dari 50% pada hari Senin. Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun juga mencapai tertinggi baru sejak Mei 2019.
Ketua Fed Jerome Powell, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde, dan Gubernur Bank of England Andrew Bailey juga akan berbicara pada KTT inovasi BIS di kemudian hari.
Optimisme seputar resolusi perang di Ukraina yang dimulai dengan invasi Rusia pada 24 Februari mulai memudar, membuat beberapa investor berpikir bahwa ada potensi terobosan, kata McCarthy. Barat juga dapat mengumumkan lebih banyak sanksi terhadap Rusia.
Dari sisi domestik, pasar terus memantau perkembangan tentang tarif pajak pertambahan nilai (PPN) yang akan diberlakukan mulai bulan depan, Sedangkan PPN naik menjadi 11% yang sebelumnya sebesar 10%. Kenaikan PPN ini pun mendapat penolakan dari banyak kalangan termasuk pengusaha. Sebab, saat ini adalah masa pemulihan ekonomi yang tak seharusnya dibarengi dengan kenaikan PPN.