Diskusi Utang AS hingga Kekhawatiran Suku Bunga
Sentimen utama datang dari pembacaan inflasi yang kuat mendorong dolar dan semakin menipiskan dan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Prospek kenaikan suku bunga menjadi pertanda buruk bagi aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas, mengingat hal itu meningkatkan biaya peluang untuk aset tersebut.
The Fed telah mengisyaratkan pendekatan berbasis data untuk kenaikan suku bunga di masa depan pada pertemuan Mei lalu. Dengan inflasi yang tampaknya meningkat hingga April, bank sentral dapat mempertimbangkan lebih banyak kenaikan.
Sementara kekhawatiran pasar akan risiko gagal bayar utang AS semakin mereda karena telah tercapainya kesepakatan sementara antara parlemen dan eksekutif AS.
Meredakan risiko ekonomi dari potensi gagal bayar utang juga memberi bank sentral lebih banyak ruang untuk terus menaikkan suku bunga. Kondisi ini mendorong prospek emas yang lemah dalam waktu dekat.
Anggota parlemen AS mengatakan pada akhir pekan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan secara prinsip untuk menaikkan batas pengeluaran AS selama dua tahun dan berpotensi menangkal default menjelang tenggat waktu yang semakin dekat.
Kabar ini membantu meredakan beberapa kekhawatiran gangguan ekonomi yang meluas akibat risiko default AS. Kondisi ini juga memacu kenaikan aset berbasis risiko.
Logam mulia juga menghadapi lebih banyak tekanan dari dolar yang lebih kuat di tengah fokus data pada Jumat yang menunjukkan indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi atau Personal Consumption Expenditure (PCE) yang menjadi indikator inflasi favorit The Fed, naik lebih dari yang diharapkan pada bulan April. Kondisi ini menunjukkan inflasi sulit dijinakkan di negara tersebut.
Indeks PCE di AS meningkat menjadi 126,86 poin pada April dari sebelumnya 126,40 poin pada Maret 2023.
Ini pada gilirannya akan membebani emas, yang biasanya berfungsi sebagai instrumen berlindung yang aman di saat tekanan ekonomi melanda. (ADF)