sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Nasib Emas Bergantung pada The Fed dan Kesepakatan Utang AS

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
29/05/2023 11:01 WIB
Harga emas turun pada perdagangan Senin (29/5/2023), sekaligus memperpanjang kerugian selama tiga minggu terakhir.
Nasib Emas Bergantung pada The Fed dan Kesepakatan Utang AS. (Foto: MNC Media)
Nasib Emas Bergantung pada The Fed dan Kesepakatan Utang AS. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga emas turun pada perdagangan Senin (29/5/2023), sekaligus memperpanjang kerugian selama tiga minggu terakhir.

Emas spot turun 0,07% menjadi USD 1.945,26 per troy ons, sementara emas berjangka yang berakhir pada bulan Agustus turun 0,02% menjadi USD 1.962,95 per troy ons pada 10.00 WIB.

Kedua instrumen diperdagangkan mendekati posisi terendah dua bulan setelah jatuh dari rekor tertinggi yang sempat dicapai pada awal Mei. Harga emas sempat mencapai level tertinggi di atas USD2.000 per troy ons. (Lihat grafik di bawah ini.)

Adapun instrumen safe haven lainnya yakni dolar AS menguat melewati level tertinggi dua bulan terakhir yang dicapai minggu lalu pada perdagangan awal pekan ini. Kenaikan ini menekan harga logam mulia karena pasar mulai memposisikan kenaikan suku bunga 25 basis poin oleh The Fed pada bulan Juni.

Logam mulia lainnya bergerak dalam kisaran flat-to-low pada perdagangan awal pekan ini. Platinum berjangka turun 0,1%, sementara perak naik 0,2%. Di antara logam industri, harga tembaga melayang di atas posisi terendah tujuh bulan setelah mengalami rebound tajam selama dua sesi terakhir.

Namun prospek logam non emas tetap suram di tengah memburuknya kondisi manufaktur global, serta potensi melemahnya permintaan di pasar utama China.

Diskusi Utang AS hingga Kekhawatiran Suku Bunga

Sentimen utama datang dari pembacaan inflasi yang kuat mendorong dolar dan semakin menipiskan dan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Prospek kenaikan suku bunga menjadi pertanda buruk bagi aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas, mengingat hal itu meningkatkan biaya peluang untuk aset tersebut.

The Fed telah mengisyaratkan pendekatan berbasis data untuk kenaikan suku bunga di masa depan pada pertemuan Mei lalu. Dengan inflasi yang tampaknya meningkat hingga April, bank sentral dapat mempertimbangkan lebih banyak kenaikan.

Sementara kekhawatiran pasar akan risiko gagal bayar utang AS semakin mereda karena telah tercapainya kesepakatan sementara antara parlemen dan eksekutif AS.

Meredakan risiko ekonomi dari potensi gagal bayar utang juga memberi bank sentral lebih banyak ruang untuk terus menaikkan suku bunga. Kondisi ini mendorong prospek emas yang lemah dalam waktu dekat.

Anggota parlemen AS mengatakan pada akhir pekan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan secara prinsip untuk menaikkan batas pengeluaran AS selama dua tahun dan berpotensi menangkal default menjelang tenggat waktu yang semakin dekat.

Kabar ini membantu meredakan beberapa kekhawatiran gangguan ekonomi yang meluas akibat risiko default AS. Kondisi ini juga memacu kenaikan aset berbasis risiko.

Logam mulia juga menghadapi lebih banyak tekanan dari dolar yang lebih kuat di tengah fokus data pada Jumat yang menunjukkan indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi atau Personal Consumption Expenditure (PCE) yang menjadi indikator inflasi favorit The Fed, naik lebih dari yang diharapkan pada bulan April. Kondisi ini menunjukkan inflasi sulit dijinakkan di negara tersebut.

Indeks PCE di AS meningkat menjadi 126,86 poin pada April dari sebelumnya 126,40 poin pada Maret 2023.

Ini pada gilirannya akan membebani emas, yang biasanya berfungsi sebagai instrumen berlindung yang aman di saat tekanan ekonomi melanda. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement