sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Nasib Pasar Indonesia saat Konflik Iran-Israel dan Sinyal Hawkish The Fed

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
18/04/2024 18:30 WIB
Pelaku pasar global dibuat terkejut dengan serangan drone misil Iran kepada Israel pada akhir pekan lalu, Sabtu (13/4/2024).
Nasib Pasar Indonesia saat Konflik Iran-Israel dan Sinyal Hawkish The Fed. (Foto: Freepik)
Nasib Pasar Indonesia saat Konflik Iran-Israel dan Sinyal Hawkish The Fed. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Pelaku pasar global dibuat terkejut dengan serangan drone misil Iran kepada Israel pada akhir pekan lalu, Sabtu (13/4/2024).

Serangan tersebut memicu munculnya risiko perang regional yang bisa menyeret dunia ke dalam turbulensi ekonomi lebih lanjut.

Mengingat, posisi Iran sebagai salah satu produsen utama minyak dunia dan merupakan anggota organisasi kartel minyak dunia paling berpengaruh, OPEC.

Iran juga merupakan negara yang terletak didekat selat Hormuz, jalur yang menjadi penghubung utama perdagangan minyak dunia.

Tak hanya perang di Timur Tengah, pasar juga dikejutkan dengan pernyataan Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell di Wilson Center di Washington yang memberikan sinyal penundaan penurunan suku bunga.

“Mengingat kekuatan pasar tenaga kerja dan kemajuan inflasi sejauh ini, sangatlah tepat untuk memberikan kebijakan restriktif lebih lanjut dan membiarkan data serta prospek yang berkembang memandu kita,” kata Powell.

Perkembangan ini berdampak baik bagi pasar saham maupun komoditas, hingga kinerja nilai tukar sejumlah mata uang, terutama mata uang negara-negara berkembang yang berguguran.

Dampak Perang Iran-Israel ke Indonesia

Konflik geopolitik di kawasan Timur Tengah yang meluas dinilai akan berdampak pada proses pemulihan perekonomian dunia tak terkecuali Indonesia.

Bahkan, perang baru antara Iran dan Israel bisa mengerek harga minyak dunia hingga tembus USD100 per barel.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif bahkan sempat menyebut dampak perang Iran vs Israel terhadap harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.

"Kalau 1 dolar (harga minyak) naik itu kan ada balance antara pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pengeluaran subsidi dan kompensasi, jadi kalau sama BBM ini naiknya luar biasa," jelas Arifin ditemui usai rapat terbatas (ratas) di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (16/4).

Arifin menuturkan, setiap kenaikan harga minyak per USD1, maka subsidi dan kompensasi untuk BBM bisa naik sekitar Rp3,5 triliun hingga Rp4 triliun.

Minyak sempat menguat pada sesi perdagangan awal pekan meski tak bertahan lama. Lima hari pasca serangan, harga minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent ditutup anjlok 3 persen di kisaran USD82,6 per barel dan di level USD87,3 per barel pada perdagangan Rabu (17/4).

Harga minyak WTI dan Brent masing-masing anjlok 3,02 persen dan 2,87 persen. Sementara pada pembukaan perdagangan Kamis (18/4) pukul 07.48 WIB harga minyak dunia terus merosot masing-masing 0,08 persen dan 0,03 persen.

Minyak mentah justru melemah di tengah konflik antara Iran dan Israel dan prediksi bullish harga ke depan.

Yang paling kentara dalam merespons konflik ini adalah pasar saham dan kinerja rupiah. (Lihat tabel di bawah ini.)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung turun tajam ke zona merah di awal perdagangan usai lebaran 2024, Selasa (16/4) di tengah kecamuk konflik Iran dan Israel.

Pada pukul 09.03 WIB, IHSG sempat merosot tajam 3,02 persen ke posisi 7.066,57 dibandingkan perdagangan sebelum libur Idul Fitri 5 April lalu, usai hanya 84 saham yang menguat dan 319 saham di zona merah—termasuk saham big cap perbankan yang terbenam.

Tak hanya pasar saham, rupiah juga terpuruk melampaui level Rp16 ribu pasca berita konflik di Timur Tengah menyeruak.

Nilai tukar rupiah mengalami tekanan hebat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (16/4/) di mana per pukul 10.08 WIB, rupiah melemah 2,12 persen berada di level Rp16.174 per USD.

Sebelumnya, rupiah ditutup Rp15.839 per USD pada perdagangan jelang libur Hari Raya Idul Fitri 2024, Jumat (5/4).

Per Kamis (18/4) pukul 9.15 WIB, rupiah menguat tipis 0,28 persen di level Rp16.174 per USD, setelah pada perdagangan Rabu (17/2) ditutup di level Rp16.215 per USD.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement