Kawasan yang memiliki nilai produk domestik bruto (PDB) sebesar USD3,6 triliun ini merupakan salah satu regional paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. OJK beberapa waktu lalu mengungkap bahwa dalam jangka panjang diperkirakan akan berdampak pada perekonomian negara-negara anggotanya.
Sehingga diperlukan 'common language” di kawasan ASEAN untuk memacu kegiatan ekonomi dan instrumen keuangan yang berkelanjutan terutama untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Inisiatif kedua adalah Handbook ASEAN Collective Investment Scheme - Sustainable and Responsible Fund (CIS-SRF) for Green Lane yang merupakan buku saku
Ini merupakan buku saku bagi regulator untuk memfasilitasi keuangan berkelanjutan, dengan menyediakan lebih banyak akses pasar terhadap produk investasi kolektif hijau berkelanjutan. Dari sejumlah sumber, ACMF akan mengeksplorasi penerbitan obligasi hijau lintas-negara serta adanya distribusi dana berkelanjutan.
Terakhir adalah revisi atas ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS), yang merupakan standar penerapan tata kelola perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip corporate governance yang dikeluarkan oleh the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).