IDXChannel – Pasar modal dan keuangan Indonesia tetap berada dalam kondisi yang cukup baik, meski di tahun ini harus menghadapi beragam tantangan global. Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif/Kepala Departemen, Departemen Pengaturan dan Pengembangan Pasar Modal OJK, Eddy Manindo Harahap.
Dalam acara ESG Conference bertema "Navigating ESG in Global Economy Uncertainty" yang diadakan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (26/6/2025), Eddy menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tergolong solid jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia.
"Secara makro, pertumbuhan ekonomi global masih tertekan. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2025 hanya sekitar 2,8 persen. Hal itu berdasarkan IMF Outlook April 2025. Dan ini dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik dan fragmentasi rantai pasok," katanya.
Eddy menuturkan, di Indonesia, pertumbuhan ekonomi pada kuartal-I 2025 tercatat sebesar 4,87 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Walaupun demikian, kata dia, capaian itu masih tergolong solid jika melihat konteks Asia.
Pasar modal Indonesia juga menurutnya masih menunjukkan ketahanan meski mengalami tekanan. Per 24 Juni 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat di posisi 6.699,17, dengan penurunan sebesar 2,97 persen secara year-to-date. Namun tren pemulihan mulai terlihat sejak titik terendah pada April 2025.
Di sisi lain, aktivitas penghimpunan dana melalui penawaran umum perdana (IPO) masih tergolong tinggi dibandingkan dengan negara tetangga. Hingga 24 Juni 2025, total dana yang dihimpun dari penerbitan saham dan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) mencapai Rp77,71 triliun, dari enam emiten.
"Pipeline emisi saham saat ini mencakup 74 calon emiten dengan estimasi nilai sebesar Rp6,24 triliun. Ini menunjukkan antusiasme pasar terhadap pembiayaan jangka panjang, terutama proyek-proyek yang mendukung transisi hijau,” ujar Eddy.