Sementara pihak Gedung Putih mengatakan pada Senin bahwa Presiden AS Joe Biden berkomitmen untuk mengambil semua langkah yang diperlukan guna menopang pasokan energi dan menurunkan harga.
“Pemotongan itu menunjukkan bahwa ada keinginan untuk mempertahankan harga minyak agar tetap di atas level 90 dolar AS per barel," ujar perwakilan dari UBS, Giovanni Staunovo.
Sedangkan, Raad AlKadiri dari Eurasia Group mengatakan bahwa langkah pemangkasan ini merupakan sinyal dari OPEC+ bahwa mereka tidak mau begitu saja menerima pergerakan harga di pasar tanpa adanya intervensi tertentu.
Namun, sinyal dari pasar fisik menunjukkan pasokan tetap ketat dan banyak negara OPEC+ memproduksi di bawah target sementara sanksi baru Barat mengancam ekspor Rusia.
Rusia telah mengatakan akan berhenti memasok minyak ke negara-negara yang mendukung gagasan pembatasan harga pasokan energi Rusia atas konflik militernya di Ukraina.