“Mengingat kapasitas neracanya [MTEL] yang besar dibandingkan dengan perusahaan menara lainnya (net debt/EBITDA sebesar 1,8x vs. TBIG/TOWR 4,5/4,3x), kami yakin bahwa MTEL berpotensi menjadi konsolidator industry utama” tulis Giovanni dan Michelle dalam risetnya.
Untuk diketahui, hingga semester I-2023 MTEL memiliki total utang mencapai Rp 15,6 triliun dan kas setara kas Rp 3,8 trilun sehingga utang bersihnya mencapai Rp 11,8 triliun.
Utang bersih MTEL tersebut setara dengan 1,79x dari EBITDA perseroan yang mana jauh lebih rendah dari kovenan bank yang mensyaratkan batas 5x dan rasio utang bersih terhadap EBITDA kompetitor yang mencapai 5,12x di saat yang sama.
Sebelumnya Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis mengatakan anak usaha Telkom Group ini memiliki kapasitas untuk mendominasi pesanan kolokasi baru dari perusahaan telekomunikasi yang ingin melakukan ekspansi di wilayah luar Jawa karena keunggulan time-to-market, dan memonopoli area.
Didorong oleh penambahan tenant kolokasi, Niko menjabarkan bahwa MTEL mampu melakukan diversifikasi pendapatan sehingga tidak hanya mengandalkan dari sister company Telkomsel. Salah satu bentuk diversifikasi, pendapatan MTEL dari Indosat Ooredoo Hutchison mencapai 22% dari total pendapatan pada kuartal II-2023.