Hal tersebut tercermin dari selisih kenaikan cukai antara produk rokok SKM tier 1 dan SKM tier 2 hanya sebesar 0,3% (SKM tier 1: 11,8%; SKM tier 2: 11,5%). Hal ini akan menjadi katalis positif bagi produsen rokok tier I karena gap kenaikan harga dengan rokok tier 2 semakin mengecil yang membuat harga produk rokok tier 1 akan menjadi semakin kompetitif.
Rizal memproyeksikan, kinerja sektor tembakau ke depan akan dipengaruhi oleh beberapa katalis seperti kenaikan UMP yang minimum yang akan menekan daya beli masyarakat, kenaikan tarif cukai berpotensi menyebabkan penurunan volume produksi.
Tetapi di sisi lain permintaan produk SKT positif seiring dengan perilaku downtrading konsumen, dan selisih antara tarif cukai rokok dari produsen tier I dan produsen rokok tier II yang tercatat mulai mengecil.
"Kami merekomendasikan NEUTRAL untuk sektor tembakau, dengan top pick GGRM, serta rekomendasi BUY dengan target harga Rp25.000 (implied PE 7,4x di 2024)," pungkas Rizal.
(FAY)