Sedianya, peringkat kredit WIKA turun dari BB-/Credit Watch Negative menjadi CCC/Credit Watch Negative. Terakhir, WIKA mendapat peringkat selective default (SD) akibat penundaan pembayaran bunga dan pokok obligasi.
Untuk ADCP, Pefindo memangkas peringkat dari BBB/Stable menjadi BBB-/Negative.
Yogie menyoroti terdapat tantangan dari segi makro khususnya kebijakan insentif dan suku bunga yang belum memberi angin segar bagi perseroan.
Menurutnya, ini terjadi meskipun terdapat insentif dari kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).
“Tentu kebijakan yang sebenernya supportive ini tidak berlaku sama rata terhadap emiten (termasuk ADCP),” katanya.
Total penerbitan surat utang korporasi hingga akhir kuartal III-2025 melonjak sebesar 68,65 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadi Rp160,1 triliun.