Selain itu, EBITDA perseroan anjlok 12 persen menjadi Rp828 miliar meski beban operasional turun 7 persen, terutama dari sisi pegawai. Laba bersih juga melemah 3,5 persen menjadi Rp604 miliar dengan margin 9,2 persen.
Tekanan laba bersih terutama terjadi pada kuartal II-2025 setelah mencatatkan penjualan hanya Rp1 triliun imbas pergeseran momen Lebaran. Pada April-Juni, Matahari mencetak rugi bersih Rp39 miliar setelah meraup keuntungan bersih Rp643 miliar di kuartal I.
Dari sisi neraca, posisi kas dan setara kas Matahari sebesar Rp190 miliar. Sementara itu, persediaan relatif stabil di level Rp700 miliar.
Matahari juga melakukan penarikan utang bank sebesar Rp275 miliar, sehingga posisi outstanding utang mencapai Rp858 miliar. Perseroan juga masih memiliki ruang untuk melakukan leverage dengan fasilitas pinjaman yang belum ditarik senilai Rp1,4 triliun.
Ke depan, perseroan akan fokus melakukan efisiensi biaya (cost cutting) di segala lini mulai dari tenaga kerja, biaya pemasaran, hingga biaya sewa. Selain itu, perseroan juga akan selektif ekspansi, baik membuka gerai baru maupun renovasi gerai.