IDXChannel - Emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex (SRIL) mencatatkan penurunan kinerja keuangan pada semester I-2023.
Kondisi makro ekonomi global dinilai masih memberi dampak terhadap penjualan perseroan, terutama dari segmen ekspor.
Direktur Utama SRIL Iwan Kurniawan Lukminto mengatakan penjualan produk ekspor terpangkas 53 persen mencapai USD81,2 juta. Penurunan terjadi di kawasan Asia, Eropa, Amerika Serikat, dan Amerika Latin.
"Ini disebabkan oleh kondisi makroekonomi yang memburuk oleh kenaikan suku bunga, dan kondisi geopolitik akibat masih berlangsungnya perang Rusia-Ukraina," kata Iwan dalam keterangannya kepada IDX Channel, Selasa (15/8/2023).
Secara keseluruhan, penjualan SRIL juga terkontraksi 52,16 persen yoy menjadi USD166,90 juta, menyasar seluruh segmen mulai dari pemintalan, pertenunan, finishing kain, hingga konveksi.
Iwan menegaskan pihaknya masih fokus untuk mendongkrak kinerja dengan melakukan pengembangan bisnis, terutama penguatan digitalisasi untuk meningkatkan penetrasi pasar. Upaya efisiensi juga dikejar agar dapat bertahap dalam pasar tekstil dan garmen yang kompetitif.
Direktur Keuangan dan Corporate Secretary SRIL, Welly Salam menambahkan perseroan melakukan review atas kinerja paruh pertama tahun ini.
"Diharapkan dengan adanya kajian atas kinerja kami, perusahaan dapat melakukan peningkatan usaha dan membukukan laba," paparnya.
Sebagai catatan, SRIL membukukan rugi USD78,72 juta pada semester I-2023. Jumlah tersebut setara Rp1,18 triliun (kurs tanggal pelaporan Rp15.026 per 1 USD). Realisasi rugi SRIL membengkak 30,75 persen year-on-year (yoy) dibandingkan rugi pada periode sama tahun 2022 senilai USD60,21 juta.
Alhasil rugi per saham dasar SRIL kian membesar menjadi USD0,0038 per saham, dari sebelumnya USD0,0029 per saham, demikian tersaji dalam laporan keuangan Senin (14/8/2023).
(DES)