“Seluruh pemegang saham, investor, dan calon investor perusahaan harus memperhatikan bahwa setelah tanggal pencatatan terakhir, meskipun sertifikat saham akan tetap berlaku, saham tersebut tidak akan dicatatkan dan tidak akan dapat diperdagangkan di bursa efek,” kata Evergrande dalam sebuah pernyataan.
Evergrande termasuk di antara banyak pengembang yang gagal bayar utang setelah regulator China menindak pinjaman berlebihan di industri properti pada 2020. Tindakan keras Beijing menjerumuskan industri properti China ke dalam krisis, mengguncang sistem keuangan di dalam dan luar negeri.
Industri ini, yang pernah menjadi salah satu mesin pertumbuhan terkuat di China, masih berjuang untuk keluar dari krisis yang berkepanjangan. Harga rumah di China terus turun bahkan setelah langkah-langkah dukungan dari para pembuat kebijakan diterapkan.
Evergrande didirikan pada pertengahan 1990-an oleh Hui Ka Yan, yang juga dikenal sebagai Xu Jiayin. Perusahaan tersebut terdaftar di Hong Kong pada tahun 2009 sebagai Evergrande Real Estate Group dan menghentikan perdagangan sahamnya pada 29 Januari 2024.
Hui, pendiri Evergrande, ditahan di China pada September 2023 atas dugaan tindakan kriminal, yang semakin memperburuk kondisi perusahaan. (Wahyu Dwi Anggoro)