PGN memetakan, ke depan, Bio-CNG dapat menjadi opsi untuk meningkatkan pasokan gas bumi di wilayah Sumatera, Kalimantan dan sekitarnya. Karakter Bio CNG yang mirip dengan gas bumi yang dialirkan oleh PGN, memungkinkan fleksibilitas mekanisme swap atau tukar antar kedua jenis komoditas tersebut termasuk pemanfaatan infrastruktur yang dimiliki PGN.
Pengembangan proyek Bio-CNG potensial menjadi energi baru terbarukan yang dapat membantu menekan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan lebih ramah lingkungan.
Gagas meresmikan kerja sama dengan KIS pada akhir 2023 dan diperkuat kembali melalui pertemuan antara PGN, KIS dan Gagas pada Rabu (10/1/2024).
Pada skema kerja sama pemanfaatan Bio-CNG, KIS akan mengolah limbah cair kelapa sawit, sehingga menghasilkan gas yang karakteristiknya menyerupai gas bumi. Gas tersebut selanjutnya dikompresi dan akan dimanfaatkan oleh Gagas untuk selanjutnya didistribusikan ke pelanggan komersial dan industri.
Direktur KIS, K.R. Raghunath mengungkapkan, kerja sama untuk menangkap metana dari limbah cair kelapa sawit akan semakin memperkuat industri biomethane di Indonesia dan membantu menekan emisi gas rumah kaca.
“Proyek kerja sama ini akan membantu mengurangi permasalahan emisi dan mendukung Indonesia mencapai target Net Zero Emission,” jelas Raghunath.
Sementara itu, Direktur Utama Gagas, Muhammad Hardiansyah menegaskan, Gagas tetap pada perannya sebagai penyedia energi ramah lingkungan melalui moda Beyond Pipeline. Tetapi kali ini salah satu pasokan yang diperoleh Gagas berasal dari sumber energi yang lebih sustainable, yaitu limbah cair kelapa sawit yang telah diproses oleh KIS menjadi biomethane yang akan kami transportasikan dalam bentuk BioCNG.
"Untuk langkah awal, proses kerja sama akan dilakukan di daerah Pekanbaru, Riau. Selanjutnya jika kerja sama berjalan dengan baik, maka ini akan diduplikasikan di wilayah lainnya di Indonesia, seperti Bangka Belitung, Sumatera dan Kalimantan,” tutup Hardiansyah.
(FAY)