IDXChannel – Memasuki Desember yang kerap menjadi bulan yang bullish di pasar saham, sederet emiten milik konglomerat mulai menanjak dan mencuri perhatian investor.
Founder WH Project William Hartanto menilai saham-saham konglomerat mulai menunjukkan pola penguatan pada awal bulan ini.
“Dari grup Prajogo Pangestu ada TPIA, CUAN, dari grup Sinarmas ada DSSA, dan dari grup Agung Sedayu CBDK,” kata William, Rabu (3/12/2025).
Ia kemudian menekankan, seluruh saham tersebut berada dalam tren positif, “Trennya menguat semua,” imbuh dia.
Lebih jauh, ia menyoroti pergerakan salah satu emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, yakni TPIA.
“Menariknya di sini adalah TPIA yang sebelumnya seperti saham yang tidak diperhatikan, tapi belakangan ini justru mulai menguat dan ada peningkatan frekuensi perdagangannya. Kemungkinan, efek pembelian orang dalamnya juga,” tutur William.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja saham-saham tersebut bergerak solid dalam sepekan. TPIA tercatat naik 7 persen, CUAN menguat 11 persen, DSSA bertambah 2,93 persen, sementara CBDK melesat paling tinggi dengan kenaikan 35 persen.
Manuver Erwin Ciputra
Diberitakan sebelumnya, Presiden Direktur TPIA Erwin Ciputra kembali melakukan transaksi pembelian 200 ribu saham perseroan. Transaksi dilakukan pada 24 November 2025.
"Tujuan dari transaksi adalah investasi langsung," ujarnya dalam keterbukaan informasi BEI, Jumat (28/11/2025).
Erwin membeli 200 ribu saham TPIA di harga Rp7.200 per saham. Sehingga, dia merogoh kocek senilai Rp1,44 miliar.
Dengan demikian, jumlah sahamnya di TPIA menjadi 140.058.272 saham atau 0,16 persen, dari sebelumnya 139.858.272 saham.
Sebelumnya, pada 19 dan 25 November 2025, Erwin memborong sebanyak 450 ribu saham TPIA dengan rentang harga Rp7.075-Rp7.250. Transaksi ini menghabiskan dana sekitar Rp3 miliar.
Fase Pertumbuhan Akseleratif CUAN
Henan Putihrai (HP) Sekuritas menilai PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) tengah memasuki fase pertumbuhan struktural yang lebih kuat, didorong ekspansi tambang batu bara metalurgi dan proyek pembangkit listrik yang segera berjalan.
Dalam riset bertanggal 27 November 2025, analis menilai langkah diversifikasi CUAN akan meningkatkan visibilitas pendapatan jauh melampaui siklus batu bara.
HP Sekuritas menyoroti masuknya CUAN ke bisnis kelistrikan lewat proyek pembangkit GDI berkapasitas 680 MW di Halmahera Timur. Eksekusi proyek sudah memasuki tahap land clearing, sementara pembiayaan ditargetkan rampung sebelum akhir tahun.
Dengan estimasi penyelesaian dalam 28 bulan, pembangkit ini diproyeksikan menghasilkan sekitar USD328 juta per tahun mulai 2028, dengan margin EBITDA sekitar 40 persen. Analis menyebut kontribusi tersebut akan memperkuat kepastian pendapatan dan membuka peluang re-rating valuasi.
Di sisi tambang, CUAN disebut sedang memasuki fase ekspansi agresif di segmen batu bara metalurgi.
Volume produksi diperkirakan melonjak dari sekitar 200 ribu ton pada 2024 menjadi 1 juta ton pada 2025 dan 2 juta ton pada 2026, seiring peningkatan kapasitas MUTU.
Produksi kemudian diproyeksikan menembus 5 juta ton saat DBK mencapai puncak operasional pada 2027. HP Sekuritas menilai skala dan kualitas komoditas ini akan mengerek profitabilitas perusahaan sebelum kontribusi bisnis pembangkit masuk penuh.
Riset juga menyoroti kinerja kuartal III-2025 (3Q25) yang menunjukkan pemulihan signifikan. Meski margin di sembilan bulan 2025 (9M25) masih tertekan, lonjakan dua digit secara kuartalan dan perbaikan leverage operasional dinilai sebagai tanda bahwa CUAN memasuki fase kinerja yang lebih solid.
Dengan prospek tersebut, HP Sekuritas mempertahankan beli dan menaikkan target harga CUAN menjadi Rp3.500.
Kenaikan target harga mempertimbangkan strategi akuisisi yang memperkuat integrasi vertikal, basis sumber daya batu bara yang solid, serta dorongan pertumbuhan jangka pendek dari batu bara metalurgi dan jangka menengah dari bisnis pembangkit.
CBDK Melaju Tersengat Rights Issue
Sementara, saham PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) melonjak lebih dari 35 persen dalam sepekan terakhir di tengah rencana penambahan modal via rights issue induk usahanya, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI).
Menariknya, saham PANI malah terkoreksi seiring pengamat menilai perubahan harga pelaksanaan rights issue perseroan memicu reaksi negatif di pasar.
“Hal ini cukup mengecewakan investor tercermin dari aksi sell off setelah pengumuman revisi harga rights issue,” ujar pengamat pasar modal Michael Yeoh, Selasa (2/12/2025).
Ia menambahkan, koreksi itu lebih bersifat respons jangka pendek ketimbang indikasi perubahan fundamental dan valuasi perusahaan.
“Diketahui, penggunaaan hasil rights issue ini sebagian akan digunakan untuk mengakuisisi 41 persen saham CBDK. Maka, jika rights issue ini terserap oleh pasar, akan ada inflow sebesar 41 persen dikalikan Rp16 triliun atau kisaran Rp6,4 triliun. Sementara saat ini free float dari CBDK saja berkisar di Rp3,9 triliun,” tutur Michael.
Melihat potensi aliran dana tersebut, Michael menyebut bahwa wajar bila pergerakan CBDK justru lebih agresif dibanding PANI.
Dari sisi teknikal, Michael menilai tren CBDK masih konstruktif. “CBDK berpotensi menuju angka Rp10.000 berdasar base ascending triangle consolidation yang memiliki neckline support di Rp7.500,” imbuh dia.
Sebelumnya, PANI kembali mengumumkan perubahan jadwal rights issue, yang akan berlangsung pada 12-18 Desember 2025.
Aksi korporasi jumbo ini berpotensi menghimpun dana hingga Rp15,7 triliun, tergantung tingkat partisipasi pemegang saham publik.
Dalam keterbukaan informasi Senin (1/12/2025), PANI mengungkapkan jadwal cum rights di pasar reguler dan negosiasi pada 8 Desember 2025, disusul masa perdagangan dan pelaksanaan rights pada pertengahan Desember.
Perusahaan juga merevisi jumlah saham baru yang ditawarkan menjadi maksimal 1,21 miliar saham, meningkat dari rencana sebelumnya sebanyak 1,12 miliar saham.
Sementara itu, harga pelaksanaan yang baru ditetapkan sebesar Rp12.975 per saham, lebih rendah 3,7 persen dibandingkan keterbukaan informasi sebelumnya di level Rp15.000 per saham.
Stockbit mencatat, potensi dana yang dapat dihimpun PANI bergantung pada tingkat eksekusi rights issue oleh publik. Jika masyarakat tidak melaksanakan rights, PANI berpotensi meraih dana sekitar Rp13,8 triliun yang akan digunakan untuk membeli 37,77 persen saham PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK).
Jika masyarakat melaksanakan minimal 68,4 persen haknya, dana yang dihimpun naik menjadi sekitar Rp15,1 triliun guna mengakuisisi 41,37 persen saham CBDK.
Sementara itu, jika seluruh pemegang saham publik melaksanakan HMETD, potensi dana mencapai Rp15,7 triliun. Selain menambah kepemilikan di CBDK hingga 41,37 persen, dana juga akan dialokasikan untuk penyertaan modal ke tiga entitas anak PANI.
Kedua skenario pembelian CBDK mengimplikasikan harga akuisisi di level Rp6.450 per saham, konsisten dengan keterbukaan informasi sebelumnya. Rencana ini sejalan dengan prospektus awal PANI untuk mengakuisisi hingga 44,1 persen saham CBDK.
Pemegang saham pengendali, PT Multi Artha Pratama (MAP), memastikan akan mengeksekusi 36,21 persen haknya, dengan opsi tambahan hingga 42,31 persen dari rights yang tersedia. Ini lebih jelas dibandingkan dokumen sebelumnya yang hanya menyebutkan komitmen eksekusi sebagian atau seluruh hak.
Apabila masih terdapat sisa saham baru, BCA Sekuritas dan Trimegah Sekuritas Indonesia akan bertindak sebagai pembeli siaga dengan komitmen membeli hingga 228,7 juta saham. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.