sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

PMI Manufaktur China di Bawah Ekspektasi, Harga Tembaga dan Nikel Kompak Anjlok

Market news editor Maulina Ulfa
31/05/2024 09:46 WIB
Kontrak berjangka (futures) tembaga di London Metal Exchange (LME) anjlok 3,07 persen di level USD10.135 per ton pada perdagangan Kamis (30/5).
PMI Manufaktur China di Bawah Ekspektasi, Harga Tembaga dan Nikel Kompak Anjlok. (Foto: Freepik)
PMI Manufaktur China di Bawah Ekspektasi, Harga Tembaga dan Nikel Kompak Anjlok. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Kontrak berjangka (futures) tembaga di London Metal Exchange (LME) anjlok 3,07 persen di level USD10.135 per ton pada perdagangan Kamis (30/5). Meski demikian, ini masih menjadi level tertinggi harga tembaga sepanjang 2024.

Pada hari sebelumnya, harga tembaga menguat 1,72 persen di level USD10.501 per ton pada perdagangan Selasa (28/5/2024).

Permintaan impor di China, selaku konsumen tembaga terbesar di dunia, dilaporkan tetap pada tingkat yang rendah meskipun pasokan bijih timah kini terbatas dan volume pengolahan yang rendah di industri besar negara tersebut.

Hal ini meningkatkan persediaan tembaga dan mendorong harga pengiriman dari gudang berikat menjadi lebih rendah dibandingkan dengan harga acuan LME. Kondisi ini menunjukkan rendahnya permintaan fisik.

Ini juga diperparah dengan data terbaru PMI Manufaktur NBS resmi China yang secara tak terduga turun menjadi 49,5 pada Mei 2024 dari 50,4 pada bulan sebelumnya.

Angka ini meleset dari perkiraan pasar yang memperkirakan ekspansi sebesar 50,5. Hal ini menandai kontraksi pertama dalam aktivitas pabrik sejak bulan Februari, karena pesanan baru kembali mengalami kontraksi (49,6 vs 51,1 pada April) sementara output tumbuh melemah (50,8 vs 52,9).

Namun, pertaruhan spekulatif terhadap tembaga membuat harga tetap naik 25 persen sepanjang tahun ini, berdasarkan peran pentingnya dalam elektrifikasi dalam penyimpanan energi skala jaringan dan infrastruktur pusat data.

Besarnya biaya untuk menambah pasokan baru juga mendorong para perusahaan tambang memilih untuk melakukan tindakan merger dan akuisisi (M&A) alih-alih mengembangkan proyek baru.

Sebagai informasi terbaru, raksasa pertambangan berbasis Australia BHP telah menarik diri dari rencana pengambilalihan alias M&A Anglo American dalam kesepakatan yang bernilai £38,6 miliar.

BHP secara khusus tertarik pada aset tembaga Anglo American, dimana nilai logam tersebut meningkat karena perannya dalam transisi energi ramah lingkungan.

Runtuhnya kesepakatan tersebut terjadi setelah perselisihan selama sebulan antara keduanya, yang berpuncak pada perdebatan sengit pada Rabu (29/5).

Anglo menolak tawaran BHP untuk memperpanjang pembicaraan pada Rabu pagi, sementara BHP mengatakan pihaknya tidak diberi akses terhadap informasi penting dari Anglo selama negosiasi.

Kepala eksekutif BHP Mike Henry mengatakan pihaknya tidak dapat mencapai kesepakatan dengan Anglo American mengenai pandangan spesifik sehubungan dengan risiko dan biaya peraturan di Afrika Selatan.

Sementara itu, CEO Anglo American Stuart Chambers menegaskan perusahaan akan mampu memberikan nilai lebih bagi pemegang saham.

“Pemegang saham kami akan mendapatkan keuntungan dari transparansi nilai dan eksposur murni terhadap portofolio aset kelas dunia yang lebih sederhana, kinerja operasional yang lebih kuat secara konsisten, dan pertumbuhan yang sangat menarik dalam tembaga, bijih besi premium,” katanya.

Harga nikel berjangka juga tertekan 2,08 persen di level USD20.063 per ton. Sebelumnya, harga nikel menguat 1,07 persen di level USD20.467 per ton. Harga nikel kini kembali mendekati level. tertinggi sejak September 2023 yang diraih pada 20 Mei lalu.

Harga nikel sudah mengalami kenaikan 26 persen secara year-to-date (YTD) karena kekhawatiran gangguan pasokan.

Kerusuhan yang meletus di Kaledonia Baru, wilayah luar negeri yang dikuasai Prancis ini menyimpan sekitar 20-30 persen cadangan nikel dunia. Prancis sempat mengumumkan keadaan darurat minimal 12 hari pada tanggal 15 Mei lalu.

Kerusuhan politik terhadap pemasok nikel utama ersebut ditambah dengan sanksi yang dikenakan terhadap nikel dari Rusia telah mendorong harga di atas USD20.000 per ton untuk pertama kalinya sejak September 2023.

Sementara itu, pertumbuhan kendaraan listrik pada kuartal pertama yang lebih lambat dari perkiraan tetap membatasi harga nikel. Sebagai informasi, sektor kendaraan listrik menggunakan logam tersebut sebagai komponen baterai litium-ion. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement