Data stok minyak AS juga memperbesar ketidakpastian. American Petroleum Institute (API) melaporkan penurunan stok minyak mentah sebesar 4,6 juta barel, yang sempat mendukung spekulasi kenaikan harga. Namun, data resmi dari Energy Information Administration (EIA) justru menunjukkan kenaikan mengejutkan sebesar 244.000 barel.
Penurunan signifikan pada persediaan bensin (-4,5 juta barel) dan distilat (-2,4 juta barel) mengindikasikan permintaan akhir yang tetap kuat, dengan pengiriman bahan bakar jet bahkan mencapai laju tertinggi sejak 2019. Meski begitu, kenaikan stok minyak mentah memperkuat kekhawatiran terkait kelebihan pasokan.
Kekhawatiran makroekonomi semakin memperburuk sentimen. Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 1,8 persen untuk 2025 dan menaikkan estimasi inflasi menjadi 3 persen, memperkuat ekspektasi bahwa kebijakan moneter ketat terus berlanjut.
Peluang resesi juga dinaikkan menjadi 40 persen, membayangi prospek permintaan minyak ke depan dan menekan minat risiko di pasar komoditas.
Retaknya Soliditas OPEC+ Tambah Tekanan Bearish
Ketegangan internal dalam OPEC+ menambah sentimen negatif. Meski kelompok ini berencana meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Mei, muncul laporan bahwa beberapa anggota, dipimpin Arab Saudi, mendorong kenaikan produksi yang lebih agresif.