Pertumbuhan justru didorong oleh produk kebutuhan pokok seperti makanan segar dan produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) yang mencakup makanan, minuman, perawatan pribadi, dan kebersihan rumah.
Kontribusi terbesar konsumsi datang dari kelompok rumah tangga berpenghasilan tinggi, sementara kelompok menengah dinilai masih berjuang menghadapi tekanan ekonomi.
Di sisi lain, depresiasi rupiah hingga Rp15.697 per USD juga menambah tantangan bagi sektor konsumer, terutama bagi perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor.
Dengan adanya tekanan dari kenaikan harga minyak dunia, dan penyesuaian harga bahan bakar nonsubsidi pada November 2024, maka sektor ini menghadapi risiko lonjakan biaya produksi yang signifikan.
“Ekonom kami memperkirakan tren inflasi akan terus berlanjut karena momen pemilihan umum daerah (pilkada) yang akan datang, dan potensi kenaikan harga beras, dan musim perayaan,” ujarnya.