Jika mengacu pada laporan keuangannya, TLKM memang mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk yang turun 4,16% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp12,75 triliun pada semester I-2023.
Sehingga dengan laba yang menyusut itu, membuat margin perusahaan ikut turun, mulai dari operating profit margin yang turun tipis dari 31,70% menjadi 31%, diikuti EBITDA margin dari 52,60% menjadi 53,40%, dan terakhir margin laba bersih susut menjadi 16,90% dari sebelumnya 17,80%. Hanya saja, margin masih dipertahankan tetap positif dan berada di level dua digit.
"Tapi kita juga melihat bagaimana Telkom ini masih menjanjikan peluang bagi investor, mungkin masih bisa dipertimbangkan sebagai peluang investasi juga karena menurut kita, meskipun pertumbuhan revenue dan ebitdanya itu tidak setinggi emiten lainnya," sambungnya.
Di lain sisi, Yanuar optimistis di tengah adanya isu merger perusahaan telekomunikasi di Indonesia, seperti rumor XL Axiata dan Smartfren, Telkom masih mampu mencatatkan kinerja positif. Sebab, kata dia, fundamental TLKM yang tumbuh secara organik akan lebih kuat jika dibandingkan nantinya dengan perushaan yang melakukan penggabungan perushaan.