IDXChannel – Sejumlah emiten batu bara, dari PT Indika Energy Tbk (INDY) hingga PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melaporkan kinerja keuangan yang melejit pada 2022 ditopang oleh terkereknya harga komoditas sepanjang 2022.
Tercatat, INDY berhasil membukukan laba bersih yang paling moncer di antara emiten batu bara lainnya di periode ini.
Melansir laporan keuangan emiten, pada 2022, INDY membukukan laba bersih sebesar Rp7,12 triliun atau meroket hingga 684,27 persen secara year on year (yoy).
Melejitnya laba bersih INDY seiring melesatnya pendapatan bersih emiten yang mencapai Rp68,19 triliun pada 2022 atau naik hingga 41,24 persen.
Sedangkan, kontribusi terbesar pemasukan datang dari penjualan batu bara ekspor senilai USD3,3 miliar (Rp51,92 triliun), disusul pasar domestik USD511,65 juta (Rp183,27 miliar).
Bisnis kontrak dan jasa energi membukukan penghasilan sebanyak USD358,17 juta (Rp5,63 triliun), yang sebagian besar pelanggannya adalah BP Berau Ltd, PT Exxon Mobil Indonesia, hingga CSTS Joint Operation.
Adapun segmen bisnis hijau INDY mencetak pemasukan sebanyak USD9,57 juta (Rp150,54 miliar), ditambah ventura digital mencapai USD8,27 juta (Rp130,09 miliar).
Peningkatan pendapatan mendorong kenaikan beban 34 persen yoy menjadi USD2,88 miliar atau setara Rp45,30 triliun, yang mayoritas adalah biaya sub-kontraktor, instalasi, hingga beban langsung.
Selain INDY, emiten batu bara lainnya yang juga mencatatkan kinerja keuangan moncer pada 2022 adalah ADRO.
Di periode ini, ADRO berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan bersih yang melambung hingga 102,93 persen menjadi Rp127,46 triliun. Ini menjadi pertumbuhan pendapatan bersih yang paling paling unggul di antara emiten batu bara lainnya.
Secara rinci, penjualan batu bara ekspor tercatat sebesar USD6,94 miliar atau Rp106,30 triliun dan penjualan batu bara domestik sebesar USD987,63 juta atau Rp15,11 triliun.
Kemudian, pendapatan dari segmen jasa pertambangan domestik tercatat sebesar USD118,48 juta atau Rp1,81 triliun, pendapatan jasa sewa domestik sebesar USD270 ribu atau Rp4,13 miliar, serta pendapatan lainnya sebesar USD50,86 juta atau Rp778,52 miliar.
Sejalan dengan melesatnya pendapatan bersih emiten, ADRO juga membukukan laba bersih yang melejit hingga 167,07 persen secara yoy pada periode ini. Tercatat, laba bersih yang dibukukan ADRO pada 2022 mencapai Rp39,22 triliun.
Adapun, Presiden Direktur ADRO, Garibaldi Thohir mengatakan, peningkatan laba bersih perseroan terutama didorong oleh masih tingginya harga batu bara dan meningkatnya volume penjualan perseroan.
Sepanjang 2022 lalu, volume penjualan ADRO tercatat sebesar 61,34 juta ton atau naik dari 51,58 juta ton pada 2021, sementara harga jual rata-rata (ASP) tahun lalu naik hingga 74 persen.
“Adaro sukses mencatat rekor kinerja tertinggi dalam tahun yang mengejutkan untuk industri ini. Pendapatan naik lebih dari dua kali lipat berkat operasi yang baik dan efisien, serta dukungan dari kenaikan harga jual untuk produk-produk kami,” kata dia dalam keterangan resminya, Jumat (3/3).
Adapun, produksi batu bara perseroan sepanjang 2022 tercatat sebanyak 62,88 juta ton, atau melampaui panduan 2022 yang ditetapkan perseroan pada 58-60 juta ton. Angka ini setara dengan kenaikan 19 persen dari produksi 52,70 juta ton pada tahun lalu.
Tak hanya ADRO, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga mencatatkan rekor pendapatan tertingginya pada periode ini.
Melansir laporan keuangan emiten, pendapatan bersih yang berhasil diperoleh BUMI pada 2022 mencapai USD1,8 miliar yang setara dengan Rp28,78 triliun atau tumbuh hingga 81,52 persen.
Bahkan, pendapatan bersih konsolidasian BUMI dengan anak usahanya, PT Kaltim Prima Coal (KPC) di periode ini mencapai USD8,53 miliar (Rp134,18 triliun). Pada pendapatan tersebut, KPC menyumbang penjualan sebesar 48,2 metric ton (MT).