Taper tantrum terjadi setelah pengurangan stimulus (tapering off) bank sentral AS pada 2013, yang memicu kenaikan nilai tukar dolar AS.
Selain dicabutnya status pandemi dan minimnya dampak kenaikan suku bunga, Martha menilai terdapat optimisme dari nilai investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang tinggi hingga kondisi makrekonomi, terutama neraca berjalan dan cadangan devisa valas.
Ia juga menyoroti potensi kenaikan tingkat produktivitas masyarakat, hingga harga komoditas pertanian (soft commodities), dan valuasi IHSG yang relatif murah.
"IHSG masih berada pada 13,6x dari nilai rasio harga saham per laba berdasarkan prediksi setahun penuh 2023 (23F P/E ratio). Angka itu masih lebih murah dibanding indeks saham utama negeri tetangga seperti FTSE Bursa Malaysia dan SET Thailand yaitu 13,4x dan 16,3x," tandasnya.
(DES)