IDXChannel - Harga minyak sawit mentah / crude palm oil (CPO) menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (18/10). Kenaikan ini menjadi yang ketiga kalinya berturut-turut menuju level tertinggi dalam enam pekan terakhir.
Sentimen penggerak masih berasal dari penurunan nilai mata uang ringgit ditambah kekhawatiran pasar atas pasokan minyak nabati global yang tersulut oleh kabar geopolitik di Eropa Timur.
Bursa Malaysia Derivatives Berhad (BMD) hingga pukul 10:36 WIB menunjukkan harga CPO kontrak Januari 2023 tumbuh 1,92% di MYR3.962 per ton, kontrak Desember 2022 meningkat 1,92% ke MYR3.928 per ton, sedangkan untuk harga November berada di level MYR3.876 per ton.
"Harga CPO dapat naik ke kisaran 3.958-4.001 per ringgit," kata Technical Analyst Wang Tao, dilansir Reuters, Selasa (18/10/2022).
Ringgit sebagai mata uang utama perdagangan sawit Malaysia turun 0,06% terhadap dolar, yang merupakan level terendah sejak 1998. Hal ini membuat komoditas sawit menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Sementara itu, pasar saat ini terus mengamati perkembangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang dikhawatirkan dapat semakin mengancam pasokan.
"Rusia mengancam akan menarik diri dari kesepakatan ekspor biji-bijian di Laut Hitam," tulis riset Refinitiv Commodites Research.
Seperti diketahui, perdagangan biji-bijian di Laut Hitam memberi sumbangsih terhadap pergerakan harga minyak nabati global, seperti minyak kedelai hingga minyak biji bunga matahari.
Harga minyak kedelai di bursa Dalian China menguat 0,1%, sementara kontrak CPOnya melejit 1%. Adapun harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade turun 0,5%.
Perputaran harga ini dapat secara langsung mempengaruhi harga CPO karena persaingan mereka untuk mendapatkan permintaan di pasar global.
(NDA)