Tanda-tanda pendinginan ekonomi AS semakin diperkuat oleh data indeks manajer pembelian (PMI) yang lebih lemah dari perkiraan untuk Desember, sementara data penjualan ritel yang tertunda untuk Oktober juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan bulan sebelumnya.
Data yang lemah ini muncul di tengah kekhawatiran yang masih tinggi mengenai tingkat likuiditas di pasar AS, terutama setelah Federal Reserve melanjutkan aktivitas pembelian obligasi pemerintah pada Desember, yang disebut "pelonggaran kuantitatif".
Fokus sekarang tertuju pada data inflasi indeks harga konsumen (CPI) yang akan datang, yang akan dirilis pada Kamis.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memproyeksi mata uang rupiah masih bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.690 - Rp16.720 per USD.
(NIA DEVIYANA)