"Mulai muncul sentimen positif atas sebagian komponen produk domestik bruto (PDB), sehingga tren anjloknya pertumbuhan ekonomi pada dua kuartal belakangan pun masih bisa dibalas pada paruh akhir 2025. Misalnya dengan realisasi beberapa kesepakatan dagang dan sinyal positif lain, dan berharap 2025 masih mampu menjangkau 5,2 persen," ujarnya.
Sebagai contoh, komponen konsumsi pemerintah masih bisa didorong melalui akselerasi penyerapan belanja APBN. Sementara itu, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga berpotensi bangkit, tercermin dari lonjakan impor barang modal pada April dan Mei yang signifikan dibandingkan tiga bulan awal 2025.
Indeks keyakinan konsumen pada Juni 2025 naik tipis ke level 117,8 basis poin dari sebelumnya 117,5 basis poin, begitu pula dengan indeks penjualan riil yang naik ke 233,7 basis poin dari sebelumnya 232,4 basis poin, menunjukkan arah konsumsi yang lebih cerah.
Oleh karena itu, demi menjaga momentum akselerasi, pemerintah akan mengoptimalkan strategi jangka pendek. Ini mencakup mendorong belanja, memperkuat sektor industri pengolahan dan padat karya, program subsidi kredit perumahan, menggenjot konsumsi dari sektor pangan dan efek berganda program makan bergizi gratis, serta optimalisasi sektor pariwisata pada momen-momen puncak permintaan.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.310-Rp16.360 per dolar AS.
(Febrina Ratna Iskana)