Sebagian besar pelemahan dolar disebabkan oleh penguatan di euro, setelah sempat reli menyusul kabar pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina yang menunjukkan tanda kemajuan.
"Konflik (Rusia-Ukraina) mungkin bakal bergerak ke fase yang lebih lokal, dengan skenario risiko ekstrem (di pasar) agak berkurang," kata analis dari JPMorgan dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Kamis (31/3/2022).
Situasi geopolitik mulai berkurang, tetapi pasar masih mencermati dampak atas inflasi global terhadap kenaikan suku bunga di setiap bank sentral. Sikap hawkish bank sentral AS juga menjadi perhatian pelaku pasar terkait kelanjutan untuk menaikkan suku bunga pada separuh awal tahun ini.
(NDA)