IDXChannel - Nilai tukar rupiah kembali melemah pada perdagangan Selasa (9/7/2024) terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Rupiah dibuka melemah 0,25 persen di level Rp16.294 per USD pada pukul 09.47 WIB setelah pada sesi Senin ditutup di level Rp16.249 per USD. Pada sesi Jumat (5/7) mata uang Garuda berada di level Rp16.275 per USD.
Melansir Trading View, sepanjang 2024, rupiah masih melemah 4,71 persen terhadap USD. Namun, secara mingguan, rupiah sudah menguat 0,56 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Secara teknikal, dalam chart harian, rupiah kembali melemah usai menyentuh resistance 16.260. Kini, mata uang Garuda berusaha menguji kembali level support 16.290-16.300. Apabila menembus support tersebut, rupiah berpeluang melanjutkan pelemahan dan menguji area 16.307 dan 16.320.
Indeks dolar stabil di sekitar 105 pada hari ini menjelang kesaksian Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell di hadapan Kongres. DXY naik 0,13 persen pada Senin (8/7).
Pasar juga bersiap untuk data inflasi utama AS minggu ini yang dapat menjelaskan arah kenaikan suku bunga ke depan. Namun, indeks tersebut tetap berada di dekat posisi terendah dalam tiga minggu setelah turun hampir 1 persen pada minggu lalu.
Ini karena data ekonomi AS yang lemah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan segera menurunkan suku bunganya.
Data minggu lalu juga menunjukkan bahwa tingkat pengangguran AS naik ke level tertinggi dalam dua setengah tahun sebesar 4,1 persen, aktivitas jasa secara tak terduga mengalami kontraksi dan pertumbuhan lapangan kerja swasta tidak sesuai perkiraan.
Pasar saat ini melihat peluang sebesar 76 persen untuk penurunan suku bunga The Fed pada September, dengan penurunan suku bunga kedua pada bulan Desember juga sudah diperkirakan.
Di tempat lain, investor terus menilai dampak dari potensi kebuntuan politik di Perancis terhadap pasar mata uang, sembari menunggu hasil dari keputusan bank sentral terbaru dari Selandia Baru minggu ini.
Di Tanah Air, Bank Indonesia (BI) merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia yang mengecewakan pada Juni 2024, turun menjadi 123,3 dari level sebelumnya 125,2 pada Mei 2024.
Ini merupakan angka terendah sejak Februari 2024 di mana hampir seluruh enam sub-indeks memburuk.
Penurunan IKK ini mencerminkan kondisi masyarakat saat ini terhadap kondisi ekonomi dalam negeri meski kondisi inflasi terbilang sudah terkendali.
Pada Juni 2024, terjadi inflasi year on year (yoy) sebesar 2,51 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,28.
BI juga melaporkan berdasarkan data transaksi 1 hingga 4 Juli 2024, investor nonresiden alias asing tercatat beli neto Rp8,34 triliun.
Angka ini terdiri dari beli neto Rp2,08 triliun di pasar saham, beli neto Rp8,15 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta jual neto Rp1,89 triliun di pasar SBN.
Sepanjang 2024, berdasarkan data setelmen hingga 4 Juli 2024, nonresiden tercatat jual neto Rp32,58 triliun di pasar SBN, jual neto Rp9,06 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp139,79 triliun di SRBI. (ADF)